Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kecil Itu Indah

4 November 2014   19:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:41 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indah itu nilai khas estetik yang positip, maksudnya “enak dipandang”. Tetapi memang manusiawi juga orang suka mengembangkan arti kata menjadi lebih luas. Enak dipandang menjadi enak didengar : musik yang mestinya merdu, dikatakan indah juga. Meluas lagi dengan memaknai indah bagi sesuatu perbuatan yang pantas dipuji, seperti perbuatan yang mulia dikatakan perilaku yang indah.

Kecil itu suatu ukuran pada suatu barang. Kecil sebagai kata benda (noun) adalah mewakili semua apa saja yang tidak besar. Ada kendaraan kecil, ada rumah kecil, ada kota kecil, ada negara kecil, dst. Ada orang kecil.

Dalam tulisan saya http://bahasa.kompasiana.com/2011/12/28/kritik-inspiratip-dari-aridha-prassetyo-425896.html pernah saya bahas konsepsi “orang kecil”, dalam perkembangan sejarah dari abad pertama, abad pertengahan, dan sekarang. Disana nampak adanya pengertian sosial, aliran kepercayaan, gerakan keagamaan, hingga sekarang sering dipergunakan sebagai kategori orang tertentu secara politis. Seperti dizaman Partai Komunis Indonesia dengan istilah orang proletar, orang miskin, orang kecil, dipertentangkan dengan “lawan-politik” yang dibayangkan melawan kepentingan rakyat yang dibela oleh partainya.

Sebenarnya baru saja saya menulis :”Buatlah kelompok-kelompok kecil untuk memudahkan terjalinnya komunikasi efektif, dan dimungkinkannya terjadi persahabatan antar mereka. Disini :http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/10/28/percakapan-sehari-hari-membangun-konsolidasi-organisasi-683050.html.” Dengan tulisan itu saya bermaksud mempedulikan perkara kecil untuk menyelesaikan perkara besar.

Seorang Penulis bernama Lucas diabad pertama menulis demikian : “Barang siapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barang siapa tidak benar dalam perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara besar”.(Luc.16.10) Ungkapan ini memberi nasehat untuk mengambil sikap tertentu terhadap adanya perkara besar dan kecil. Mungkin untuk kondisi (zaman) tertentu bisa menjadi hal yang termasuk “sesat pikir”, anda boleh percaya boleh tidak. Namun ada pula kearifannya, bahwa orang itu jangan tergesa menilai remeh terhadap perkara kecil.

Agak berbeda masalahnya tetapi membantu memberi orientasi berfikir tulisan Eddy Mesakh ini :http://politik.kompasiana.com/2014/10/28/jokowi-jk-sengaja-salah-pasang-menteri-682980.html. Rekan penulis ini dalam tulisannya itu mengutip pola pikir “Lateral thinking” Prof. Edward de Bono, yang di terjemahkannya “berfikir diluar kotak”.

Dari catatan saya ada sekian cara berfikir yang agak lain dari yang lain, dengan mengkombinasi :

1.Pemikiran Holistik, mampu melihat keseluruhan dan tidak partial saja.

2.Pemikiran Volume, intinya melihat tembus pada target-target alternatip

3.Pemikiran Analitis, logikanya tajam, mampu berfikir systematis

4.Pemikiran Kreatip, mampu gunakan hypothesa-hypothesa dan kepekaan untuk pemolaan terhadap situasi lingkungan.

(Untuk itu dibutuhkan kapasitas mental istimewa di bidang intelektual, terutama yang tampak dengan hasil kerja yang kreatif dan orisinal. Tampak pula individualitas dan imajinasi yang kuat, selain cerdas, tapi juga unik dan inovatif.)

Saya berpendapat orang semacam itu mampu melihat perkara kecil, situasi kecil, keseharian dan menemukan hal hal yang besar tanpa diduga oleh orang lain. Orang semacam itu mampu melihat dari bawah dan sekaligus dari atas. Orang semacam itu bisa melihat dari yang nampaknya kecil tersimpul perkara besar yang harus ditangani. Akan tetapi tentu kalau orang itu seorang figur publik harus mampu juga mensosialisasikan buah pikiran dan cara kerjasamanya bagi teman kerjanya.

Ini baru benar dari kepercayaan kita untuk seseorang untuk perkara kecil, kita boleh mempercayakannya untuk perkara besar. Dan itu bisa kita lihat dari perilakunya dalam trekrikordnya.

Dan Kecil itu Indah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun