Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dibelenggu oleh Visi Misi

24 Juni 2013   16:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:30 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Berbahagialah pembaca yang budiman karena anda tanpa belenggu apa saja, tetapi bebas penuh tanggungjawab. Anda berkarya berekspresi, berkompasiana, berbagi dan berteman dengan demikian banyak orang. Anda menulis dengan berbagai topic. Begitu banyak saudara penderita tuna grahita, tuna daksa, tuna netra, tuna rungu, bisu, diffabel, semua terhambat untuk berkomunikasi, terhambat berekspresi, terhambat untuk berbudaya. Berbeda dengan Anda yang mampu bebas berekspressi dinamis kreatip dalam kerangka struktur multidimensional.

Pada tahun 1950 sangat jauh perbedaan budaya dan perilaku orang desa dan orang kota. Petani desa malu dan berikap kaku bila bertemu orang kota yang bebas dan tanpa sungkan menegur menyapa biarpun belum saling mengenal sebelumnya. Orang kota bertegur sapa bebas, berbusana bebas, sementara dipihak lain orang desa dari sawah tanpa baju sampai rumah mau bertemu ada tamu dari kota, segera saja ambil dan pakai baju. Pada tahun 1967 sangat susah petani diajak memakai pupuk urea, sekarang tahun 2000, mereka susah meninggalkan pemakaian pupuk kimia beralih ke pupuk organic seperti dahulu. Wawasan mereka tidak mudah diubah.

Ditengah kehidupan budaya maju masih mungkin seseorang atau sekelompok orang itu dibelenggu oleh pemikiran dan budayanya yang membuahkan perilaku yang asing dalam lingkungannya. Sebab ada saja orang yang mempunyai perilaku mental tertentu, atau disposisi tertentu yang menghambat seseorang itu dalam merespon sesuatu atau dalam memaknai situasi karena pola pikirnya yang telah ada sebelumnya. Itulah yang biasa disebut mindset.

Belajar dari Google, dalam Teori Pengambilan Keputusan dan Teori Umum Sistematika, Mindset adalah seperangkat asumsi, metoda, atau pengertian-pengertian yang dipegang oleh seseorang atau lebih atau kelompok orang. Dan itu terbentuk atau dapat sengaja diciptakan untuk daya dorong dalam lingkungan kelompok tersebut untuk dapat memahami dan menerima kelakuan, perilaku, pilihan atau sarana yang sudah pernah dipakai sebelumnya. Apabila sudah sungguh terbentuk maka biasanya akibat mindset sangat sukar di lawan disanggah dihindarkan dalam proses analisis serta pengambilan keputusan. Itu pula bisa dikata adanya paradigma yang membelenggu.

“Perbaikan” terhadap mindset selengkapnya melalui Personal Branding. Personal Branding mau mencapai tiga pokok target.Itu tak boleh kurang : Peningkatan – Citradiri – Yang Benar. “Peningkatan” maksudnya:Upaya pencapaian mutu lebih dari saat sekarang dan selalu seterusnya berkesinambungan.“Citra Diri” maksudnya: Suatu Mindset yang terbuka, mantab, tentang Diri sendiri, sebagaimana adanya, untuk menjawab/merespon setiap permasalahan, secara arif pada waktunya. “Yang benar” maksudnya :obyektif, nyata, relevan untuk menjawab kebutuhan.

Personal Branding itu melalui proses Penemuan Diri dan Motivasi Diri (Self- Assesment & Motivation); antara lain melalui penyadaran tentang konsep-konsep social, konsep pekerjaan, konsep cara kelola hambatan, konsep cara kelola pendukung dan mitra kerja dsb. Semua itu dicapai melalui Refleksi, terpimpin, dan intensif. Mengukuhkan Personal Branding harus didukung oleh keyakinan terhadap penguasaanketrampilan teknis tertentu dalam kerja atau hidup bersama dan persyaratannya yang memadai. Pendeknya pembentukan Citra Diri sebagai Mindset yang terbuka, efektif, inspiratif relevan untuk hidup maju bersama. Pembentukan Pribadi yang benar dapat merupakan Pembebasan dari Belenggu Mindset atau visi misi yang tertutup dan eksklusif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun