Memaknai dan mensikapi Curhat teman yang kita hadapi sehari hari. Itu maksud tulisan ini. Sudah dua kali berturut-turut pembaca menganggapi tulisan saya berat. Tetapi mengapa pula saya memberatkan pembaca? Tentu tidak! Itu hanya istilah bahwa tulisan saya belum sukses memikat pembaca. Ini “Curhat” pertama yang bisa diomongkan dari hasil refleksi akhir minggu ini.
Sebenarnyalah banyak sekali kita temui curahan hati. Curahan hati bisa disebabkan kurangnya sempat atau berhasil menyusun opini yang rasional. Mengapa ? Sebab materi dan substansinya kurang transparans di pemikiran kita sendiri. Dan ada semboyan : “perasaan orang itu unik dan pribadi”, maka seakan-akan tidak perlu diperdebatkan. Memang banyak sekali opini yang ditampilkan sebagai curahan hati saja. Dan di Kompasiana jelas Admin mengharap tulisan yang semerbak dengan nuansa jurnalisme. Data dan fakta factual, katakan peristiwa “historis”, tetapi actual, segar, lebih dihargai. Tentu saja itupun harus disampaikan dengan pembahasan menarik yang “berpesan” kuat, memberi manfaat.
Hal itu tidak mudah, karena fakta/data tidak selalu dapat kita tangkap kendati dunia telah sedemikian lebar terbuka seakan tiada sekat lagi. Sebab lain adalah peristiwa peristiwa dari negeri ini sudah tersebar oleh juru berita dan beritanya sangat tidak menyenangkan, atau memuakkan. Tentu bukan karena semata oleh karena juru berita, tetapi peristiwanya sendiri membuatorang tidak bahagia. Oleh karenanya sangat penting kita sendiri dapat menangkap pengalaman : mengalami, melihat, mendengar sendiri agar kita dapat menangkap dan memaknai perstiwa dan mengulas sebagai hidangan yang “tidak memuakkan”. Positive thingking begitulah barangkali. Dan tentu tidak tabu memberi kritik.
Kejenuhan akan kemuakan membuat orang perlu bercurah hati.
Curhat memang jangan diperdebatkan. Apalagi menyangkut identitas diri, pengalaman pribadi, visi, misi, agama pribadi atau kelompok sendiri. Terhadap curhat yang ini kita harus belajar menangkap dahulu, memahami dahulu, baru berkomentar, dengan hormat atau tidak melecehkan.
Curhat sebenarnya dapat dilewatkan Tulisan kategori Fiksi. Fiksi dapat bermutu dan memberi “pesan” yang actual setidaknya sungguh inspiratip bermanfaat dan menarik. Sehingga tidak mengherankan disediakan “kotak” yang disebut “Catatan”, Cermin, Cerpen, Puisi dst. Humor pun diberi wadah bagi pelontar fakta/data yang jurnalistis ala Kompasiana…..
Di arena Kompasiana inilah ramuan jurnalisme beropini dapat bertemu dengan Curhat, Homor dan Fiksi. Saya merasa cukup susah menemukan opini-opini yang kuat kesan ilmiahnya kecuali dari penulis-penulis ilmuwan khusus seperti Kesehatan, Psikologi, dan lainnya yang tak perlu disebut semua. Tetapi tetap saka Kompasiana kampus pembelajaran yang “bukan main” buat saya.
Ini sajalah Curhat saya tentang Curhat. Curhat yang subyektip semoga bermanfaat. Curhat ini siap menerima komentar apa saja termasuk yang menggelitik, menggelikan, menyakitkan (jangan seru banget hehehe)
Curhat…
--------
Curah hatiku itu bukan seperti air
Tumpah dari hati gelas pecah
……
Curah hatiku itu warta ria
Suka cita hati sederhana saja
……
Curah hatiku itu berita biasa
Sehat hangat semoga bermanfaat
……
Curah hatiku itu harapan bahagia
Buat anda karena anda saudara
……
Curhatku curhat isi nurani
Dari lubuk sanubari murni
----
wassalam
Ganjuran, 07 Juli 2012
Em.Astokodatu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI