Pada Hari Pahlawan kali ini saya ada niatan belajar dari pendapat isi hati dan ungkapan teman-teman Kompasianers tentang hari ini.
Tetapi dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas bisa dibaca :Pahlawan (Sanskerta: phala-wan yang berarti orang yang dari dirinya menghasilkan buah (phala) yang berkualitas bagi bangsa, negara, dan agama) adalah orang yang menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, atau pejuang yang gagah berani[.
Saya membaca empat puisi dan dua prosa serta satu ungkapan di Facebook. Saya bayangkan seakan saya bertanya : “Siapa Pahlawan sebenarnya bagi anda?”. Dan “Apa yang anda lakukan buat / kepada para pahlawan di Hari Pahlawan”.....
1.Rekan Selsa, dengan puisinya mengajak berdialog dengan Para Pahlawan : “...harusnya tak aku katakan, ini harimu pahlawanku... sebaiknya aku dengarkan saja ceritamu....tentang malammalam yang kau lewati....”
Penyair ini membayangkan mereka yang telah gugur dapat diajak berdialog. Pahlawan diharapkan hari ini bisa mengkisahkan perjuangannya.
2.Rekan Topik Irawan, dalam puisinya mendoakan para Pahlawan yang pantas dikenang, tetapi ada perasaan akrab,kagum penuh hormat, dekat sehingga juga bisa disapa :“Semoga mereka damai di sisiNYA.Tinggallah waktu kekinian. Sejuta asa untuk susah payah mengumpulkan keping keping kenangan. Semoga bagi ini diberkahi oleh sang Maha Kuasa. Biarlah jarum sejarah akan memutar irama catatannya. Selamat pagi para pahlawan. Salam hormat dan tundukku kepada para pemberani di masa lalu. Kalian phlawan dalam arti sebenarnya”
3.Bapak kita TjiptadinataEfendi , dengan prosanya menyapa kita : “Selamat Hari Pahlawan dan semoga sesuai dengan pesan Bung Karno,kita semuanya adalah bangsa yang tahu menghargai jasa para Pahlawannya,karena bangsa Indonesia adalah Bangsa yang Besar!”Pak Tjipta lebih cenderung melihat Pahlawan adalah orang masa lalu. Mereka Pejuang tanpa pamrih, dan jumlahnya banyak sekali. Dan Semua Pahlawan boleh direpresentasikan dalam figur Bung Karno. Maka pesan Bung Karno pun aktual dikatakan bahwa “kita bangsa besar ini harus bisa menghargai para pahlawan bangsa ini.”
4.Terima kasih Pak Thamrin Dahlan dalam puisinya juga memberi nilai kepahlawanan baru sesuai zamannya khususnya dalam kepeloporan kepemimpinan yang pantas diteladani…
“...sesungguhnya anak negeri / sangat meng idolakan sang pemimpin nasional / anak negeri paternalistis.... / warisan nenek moyang warga sangatlah patuh / ketika ada keteladanan pemimpin / nan patut di tiru...” (http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2014/11/09/hari-pahlawan-pilihannya-bukan-lagi-merdeka-atau-mati-685556.html).
5.Juga Rekan Penulis Puisi Rahab Ganendra , puisinya : Lagu-lagu Perkasa. Dia melihat kepahlawanan para Pahlawan dapat kiranya diujutkan lagi oleh generasi penerus, bukan dengan kekerasan tetapi kerja keras untuk bumi pertiwi, dalam semangat damai tanpa pamrih. Saya terkesan dengan bait bait ini:
“sarungkan senjata pencabut nyawa
simpan runcing bambu pengantar merdeka
nyanyikan lagu lagu semangat bersaudara
atas tanah membentang garis khatulistiwa
dari nafas sabang hingga merauke jaya wijaya
deru pesawat pemburu tlah berlalu
hujan mengguyur pertiwi gantikan desing peluru
pejuang nama tertanam di bumi satu
anak bangsa tumbuh di persada tiada layu
nyanyikan lagu lagu perkasa
satukan dalam langkah merdeka
mulia dalam cita cita damai sejahtera
dalam kenangan pahlawan pejuang tanpa nama”
6.Adapun Rekan Ranti Tirta di Fb hari ini menulis : “Pahlawan itu kalian yang ada di sekitarku./ Yang ngasih semangat saat aku jenuh dan bahu kalian siap menampung kisah ,baik itu lagi - itu lagi tapi membuatku senang dgn karakter yang berbeda mengenal semua teman. / Kebaikan kalian cukuplah Allah membalasnya... / Selamat hari senin, hari PAHLAWAN bagi bangsa kita Indonesia...”
7.Rekan Syaiful Rahman , dari prosanya saya kutip : “Oleh karena itu, saya mulai berpikir bahwa pahlawan bukan hanya untuk diperingati setiap tanggal 10 November dengan seremonial-seremonial belaka. Lebih dari itu, pahlawan mesti ditanamkan di setiap lubuk hati warga negara Indonesia. Tentu saja yang dimaksud adalah nilai-nilai yang diusung oleh para pahlawan itu. Kejujuran, pengabdian, keberanian untuk membela dan menegakkan keadilan, kepedulian terhadap bangsa, dan lain sebagainya. Yang jelas, semua nilai-nilai itu terangkum dalam nilai kecintaan terhadap Indonesia.” (http://sejarah.kompasiana.com/2014/11/09/pahlawan-itu-untuk-apa-690537.html)
Sementara kemarin sore saya menghadiri ibadat Missa Kudus, untuk menghormati para Pahlawan. Saya dapat sangat terbantu menghayati hari Pahlawan. Bukan dimaksudkan mempromosikan ajaran agama saya Katholik tetapi biarlah sedikit menjelaskan mengapa saya terbantu dalam menghayati Hari Pahlawan. Pada Perayaan Hari Pahlawan di Gereja Ganjuran, Bantul DIY, kemarin tg 9 November 2014 itu dipimpin oleh Wakil Uskup, Rm.Vikep DIY, Rm Saryanto pr. Yang dalam khotbahnya menjelaskan kembali bahwa Inti dan Pusat kehidupan Kristiani adalah Hadir dalam Perjamuan Peringatan Karya Keselamatan Yesus Kristus, dengan Sengsara, Wafat dan Bangkit mulia. Kata Peringatan adalah dari Pesan langsung dari Yesus, katakan idola saya, agar sering bertemu bersama untuk “memperingati saya” dalam perjamuan suci itu. Perngatan itu menghadirkan Dia.
Kotbah inti singkat dilanjutkan oleh Pengkhotbah kedua Rm.G.Utomo pr. Pastur tua (85th) ini membuka khotbahnya dengan pekik 3 kali “Merdeka”. Umat terpana tidak menyangka, tetapi spontan berteriak juga “Merdeka” sampai 3 kali.
Di Gereja Ganjuran menjadi tradisi sudah sekitar 20 tahun terakhir ini ada Missa Kudus yang disebut “Sadranan Agung”. Disana orang merayakan Hari Doa untuk Yang sudah meninggal. Untuk Gereja yang lain dirayakan setiap tanggal 2 Nopember. Di Ganjura dijatuhkan pada dekat Hari Pahlawan kita.
Umat disana diajak menyadari kembali pokok iman tentang “Kehidupan Kekal”. Dari sana diimani bahwa ada kehidupan setelah hidup dibumi ini. Kepercayaan ini juga dipercayai oleh masyarakat Mojopahit dengan Perayaan Sadranan Agung. Rm Utomo menjelaskan Sadranan diambil dari kata SRADA yang artinya mengimani Tuhan Yang Hidup. Tuhan yang hidup merajai pula ORANG HIDUP dijaman setelah kematian. Orang Jawa juga sering berkata : “Sing wis sumareluwih pirso”. “Yang sudah meninggal, itu lebih tahu”. Itu pula dasar memperingati mereka yang telah meninggal, terlebih orang tua, nenek moyang, termasuk Para Pahlawan.
Dalam khotbah Sang Pengkhotbah Lanjut usia itu masih lancar mengisahkan perjuangan RI dari Jakarta – Yogyakarta – Surabaya dan Bandung, masih lagi mengajak bernyanyi Hallo2 Bandung, kemudian lagu Sepasang Mata Bola, dan diakhir khotbahnya dengan Lagu “Melati-melati” untuk para shuhada.
Demikian sharing saya di Hari Pahlawan bersama Para Pahlawan bagi saya.
(maafkan banyak kutipan belum saya sebut linknya,)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H