Semakin media social membuka dunia, semakin penting orang merefleksi meneliti diri bagaimana ambil sikap bijak terhadap pelbagai peristiwa apapun. Boleh dikatakan dunianya sama dari dulu hingga nanti begitu begitu saja, dan yang mungkin mengubah adalah media sosialnya.(“mungkin”). Tetapi memang juga dinamika dunia, khususya lingkungan hidup kita biasa mengalami kenaikan suhu social-politik lalu penurunan atau pencairan suasana, bahkan juga kecepatan perubahan situasinya dengan peristiwa demi peristiwa..
Setiap peristiwa harus disikapi dengan benar agar diperoleh pandangan dan pendirian sikap social yang mantap. Pandangan dan pendirian itu ditentukan oleh latar belakang pengamat. Dan juga oleh cara pendekatan orang terhadap suatu peristiwa dan konteksnya. Ada beberapa cara pendekatan yang berbeda, misalnya perbedaan antara pelaku dan pemirsa peristiwa, antara pelaku yang satu dan pelaku lainnya, antara pemirsa dengan pemirsa. Jadi wajarlah dan memang inilah sebab adanya peristiwa controversial. Sebagai contoh bisa kita lihat kasus beberapa waktu yang lalu, “Insiden Pembubaran Peribadatan” di Bandung tg 5 Desember 2016, bisa kita lihat ekor peristiwa itu. Ada tanggapan ada pembahasan ada tindakan Pemda setempat, terhadap peristiwa dimaksud.
Menanggapiberita Panitia Natal Bandung Tegaskan Sudah Tempuh Prosedur BERITAPLATMERAH,BANDUNG - Panitia acara Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) yang digelar di Gedung Sabuga, Jalan Tamansari Kota Bandung,…beritaplatmerah.com. Adijatmo Astjarjo menulis di Facebook, tg 8 Des 2016 demikian :
1. Sudah sesuai prosedur
2. Bukan perkara kecil adanya intimidasi pihak lain dan aparat kepolisian tidak mampu menangani
3. Intoleransi kehidupan beragama
4. Bahaya laten akan terduplikasi di daerah lain
5. Perlu tindakan segera dari Pemerintah (Fb)
Peristiwa ini sudah sangat lengkap dilaporkan oleh Daniel H.T. di medsos Kompasiana : Kasus Intoleransi Beragama, Polisi Dikendalikan Ormas. Selanjutnya cepat diambil tindakan oleh PemdaIni 9 Keputusan Pemkot Bandung terkait Insiden Sabuga.
Contoh lain misalnya ungkapan berita seruan di medsos oleh Meth Kusumohadi, menulis juga di Fb demikian: “Terjadi lagi di Yogya. Saudaraku yang satu ini nampil di UKDW mendesak dan akhirnya memaksa Baliho yang menampilkan Mahasiswa (termasuk yang berjilbab) diminta untuk diturunkan. Lagi-lagi terjadi, cara yang melawan keberagaman terjadi di Yogya. Mengapa ada orang benci keberagaman? Mengapa mereka takut akan keberagaman, mengapa mereka memaksa orang lain mengikuti cara berpikir semacam itu. Mengapa Indonesia yang sudah 71 tahun merdeka dengan identitas keberagaman diprotes. Mengapa pikiran wajar dipertanyakan. Keberagaman adalah kewajaran. Bukankah begitu? Solusi terhadap setiap masalah adalah dialog. Tanpa dialog sulit rasanya kita bisa mengklaim sebagai manusia” ( bandingkan.FUI Forces Christian University to Drop Billboard with Hijab Clad Student. , bersamaan kasus yang sama untuk Universitas Sanata Dharma Catholic University Refuses to Remove Billboards with Hijab Clad Student)
Fenomena, gejala, peristiwa, kejadian, kenyataan, bukan lagi wacana, bukan lagi rekayasa, bukan lagi imaginasi. Buah pikiran rekayasa atau wacana menjadi kenyataan, menjadi peristiwa yang serta merta tampak sebagai kejadian seutuhnya lengkap, atau sering samar samar nampak tidak tampak menggejala akhirnya lebih bisa terukur terhitung dan tertentu pada tempat dan waktu yang pasti.Tetapi setiap kejadian itu ada latarbelakangnya, sebabnya, pemikirnya, pelaksana/pelakunya, sasaran, akibat, buah, dampak. Unsur-unsur itu kadang dipermukaan kadang di bawah permukaan.
Demikian kejadian yang terbuka dilalukan banyak orang diketahui banyak orang, dst, menjadi kejadian sosial. Kejadian sosial selalu mempunyai hubungn pengaruh timbal balik antar yang terlibat. Faktor utama dalam hububgan timbal balik ialah adanya kesadaran, sebab hanya dengan kesadaran itu situasi dapat dikuasai. Tanpa ada atau kurangnya kesadaran dari para pelaku misalnya, situasi dan kondisi bisa tidak terkendali.
Pembahasan dengan pendekatan yang hampir serupa tetapi hasilnya resultatnya berbeda tampak ketika pengadilan kasus kematian Mirna akibat sianida dikopi maut itu. Diharapkan oleh pembela tidak adanya kepastian bukti tangan tertuduh menuang racun itu kegelas maut berarti kejahatan tidak terbukti. Tetapi keputusan ternyata unsur-unsur peristiwa pembunuhan dinyatakan cukup terbukti sah sebab cukup masuk akal hal itu terjadi. Unsur-unsur tersaji saling terkait dan peristiwa dinyatakan masuk akal terjadi.
Sikap (positif) yang diharapkan terhadap suatu peristiwa, bahkan suatu ucapan satu perkataan saja pun karena ada konteks, ada kaitan dengan unsur2 lain dari satu peristiwa itu bisa menjadi “Peristiwa Besar”. Seperti ucapan Ahok memicu Peristiwa Demo Damai dan Gelar Doa Dunia menerobos sorga langit ketujuh. Apa yang disebut belakangan ini adalah satuan sikap sikap manusia yang bisa dirunut dari pendekatan hingga tindakan membuat Peristiwa besar itu. Tegasnya adalah dimulai dengan pemahaman, dilanjutkan sosialisasi pemahaman. Dilanjutkan dengan terjadinya opini public. Opini public bisa sangat dipengaruhi oleh opini yang berhasil disosialisasikan dan di publikasikan.
Prasangka social yang dipamerkan dan akan diadili oleh Pengadilan,kita bisa ikuti dalam Kasus Buni Yani. Sang dosen mempublikasikan informasi berbentuk video, yang mengandung penilaian terhadap peristiwa Ahok di pulau Seribu. Bisa jadi dia sekedar beropini tersirat, tetapi berdampak opini yang meluas dan membesar.