Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pemahaman Saya Hal Berpuasa

31 Maret 2023   12:29 Diperbarui: 31 Maret 2023   12:36 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Merayakan Bulan Ramadhan dan menghayati Masa Prapaskah saat ini saya menulis  kemarin di Facebook kata kata ini : "Dapat Beribadat Doa, Puasa, Matiraga. Itu sendiri adalah Rahmat Tuhan". sampai sekarang 32 teman memberi Suka dan 5 komentar.

Mempertanggungjawabkan frase itu dengan budi murni ternyata tidak semudah saya duga. Banyak teman suka dan setuju dari lintas iman, dan tampaknya mereka sudah punya juga kepahaman dengan Terang Iman masing masing tentang kata kata itu.

Beribadat adalah perilaku, perbuatan manusia menghadap Sang Maha Realita yang diimani. Manusia berdoa, menyembah karena mengakui dan berhasrat mendekat kepadaNya. Berpuasa matiraga adalah meninggalkan kenikmatan dunia sebagai bukti pertobatan, yaitu langkah menuju mendekat Dia.  Banyak orang tidak bisa menerima atau paham tentang "pertobatan" apa lagi "meninggalkan kenikmatan dunia".

Seorang teman Agus Surpri menulis di WhatsApp pada saya : "Mengapa buku2 karangan Pramudya Leo Tolsoi Yasunari Kawabata Arthur Kostler Boris Pasternak Dostoyeski menjadi sastra dunia? Pendapat saya (Agus Supri) karena tulisan-tulisan mereka menggali persoalan manusia menggali pergulatan manusia".

Menurut pendapat saya orang-orang yang disebut oleh teman itu sebagai penggali pergulatan manusia, tidak dengan berpuasa berdoa.  tetapi menulis buku. Itu lebih masuk akal dalam kehidupan manusia, bukan. ? Meski tidak semua orang paham itu juga.

Menurut pengalaman saya dari kecil diajar oleh Ibu saya untuk menengok dan memperhatikan si pencari ikan di sungai dengan seser / jala kecil berbingkai, menjual perolehannya menjajakan berkeliling desa untuk hidup keluarganya. Dan Ibu saya membelinya dengan rupiah agak banyak dengan pesan nesehat buat saya. Itu kesan mendalam bagi saya hingga tua bangka ini, yang namanya pergulatan manusia yang saya harus menaruh hati padanya.

Jadi nilai dan pilihan macam apa berpuasa itu dalam kehidupan manusia ini.?  Maka kita lebih jauh sedikit lagi mencari jawab dalam khasanah kemanusiaan. Kita berfikir dengan konsep yang mengacu pada Kemanusiaan atau Humanity. Apakah disana Berpuasa mempunyai dasar berpijak?

Dalam filsafat banyak disebut kemanusiaan, atau "manusiawi" "human" atau humanity adalah konsep yang mengacu pada nilai nilai dan perwatakan yang ditemukan dalam diri manusia. Sebut saja seperti empati, kepedulian, kebaikan, keadilan, pengorbanan, toleransi. 

Pemikiran ini erat terkait dengan keberadaan manusia sebagai makhluk sosial, serta pula  k e m a m p u an  manusia untuk meangakses dan mengapresiasi nilai nilai itu. 

Dengan lain kata pentinglah "kemampuan untuk memahami dan menghargai nilai nilai itu, serta mengambil tindakan" yang sesuai dengan nilai nilai tersebut yang sedang dihayati.  

Dalam hakekatnya manusia sebagai makhluk sosial,  tindakan nyata itu semakin menjadi penting. Realisasi nilai harus tampak terbuka dalam kenyataan atau tanda maupun simbolisasi agar dimengerti orang lain sesama manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun