Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Makna Hukuman Mati Yesus

16 Februari 2023   12:49 Diperbarui: 16 Februari 2023   12:55 1325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang kedua tulisan di Kompas Selasa tg 14/02/2023 dari A.Bagus Laksana, Rektor Univ Sanata Dharma Yogyatarta, berjudul "Agama Demi Kemanusiaan".  Tulisan indah menyentuh hati saya ini awalnya membahas langkah UIN Sunan Kalijogo dan mempertemukan tiga tokoh itu karena karya positip mereka demi nilai universal kemanusiaan. Dan itu membuat tertulisnya pemikiran "Agama Demi Kemanusiaan" di harian besar Kompas.

Adapun tiga tokoh tersebut dimuka dinilai sebagai tokoh yang mengimplementasikan dokumen yang ditanda tangani oleh Sri Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar al Ahmed Thayeb, pada 13 Februari 2019.  Dokumen Abu Dhabi tentang Kemanusiaan tersebut,, adalah sebuah inisiatif global yang bertujuan untuk mempromosikan perdamaian, toleransi, dan kesetaraan di seluruh dunia.

Dokumen ini diadopsi oleh para pemimpin agama, pemikir, dan masyarakat sipil dari berbagai negara. Dokumen Abu Dhabi menekankan bahwa kemanusiaan adalah nilai universal yang harus dijunjung tinggi oleh seluruh umat manusia. Dalam keseluruhan, Dokumen Abu Dhabi tentang Kemanusiaan memberikan pandangan yang sangat positif dan optimis tentang keadaan manusia dan lingkungannya. Dokumen ini menunjukkan bahwa kesepakatan universal dapat dicapai melalui dialog, toleransi, dan keberanian untuk menghadapi tantangan bersama. Dokumen ini adalah sebuah panggilan untuk tindakan bersama dan pengakuan bahwa kita semua berada dalam perjuangan bersama untuk membangun dunia yang lebih adil, damai, dan manusiawi.

Seperti ada pencerahan muncul dari Sinar pelangi dari Dokumen Abu Dhabi bagi saya pemikiran tentang 'Budaya dialog', dengan implemantasinya pada bentuk-bentuk kerjasama yg tulus, yang didasarkan pada saling memahami lebih dalam. Maka sampailah pada tulisan ini.

Seminggu lagi umat katholik merayakan Rabo Abu tg 22/02/2023. mengawali bulan persiapan Paskah dengan puasa dan matiraga. Dan tidak terlalu jauh waktu umat islam juga akan memasuki bulan puasa Ramadon.

Puasa dan Matiraga adalah dua praktek spiritual yang dijalankan oleh Gereja Katolik selama masa Prapaskah. Masa Prapaskah dimulai pada hari Rabu Abu (tahun ini jatuh pada tg 22 Februari) dan berakhir pada hari Sabtu Malam Paskah, tahun ini jatuh pada tanggal 8 April.

Puasa adalah praktek menahan diri dari makanan atau minuman pada hari-hari tertentu selama masa Prapaskah. Puasa pada hari-hari tertentu dianggap sebagai bentuk pengorbanan diri dan pembersihan spiritual. Menurut ajaran Gereja Katolik, semua umat beriman diminta untuk berpuasa pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Selain itu, umat beriman juga dapat memilih untuk berpuasa pada hari-hari lain selama masa Prapaskah. Menurut tradisi kuno terhitung 50 hari puasa dalam kurun waktu itu tidak dihitung hari-hari Minggu.

Puasa dan Matiraga juga dianggap sebagai cara untuk membersihkan diri dari dosa-dosa dan kembali berhubungan dengan Tuhan. Dalam tradisi Katolik, dosa dianggap sebagai penghalang dalam hubungan antara manusia dan Tuhan. Oleh karena itu, melalui puasa dan Matiraga, umat beriman diharapkan dapat memperdalam hubungan dengan Tuhan dan memperkuat iman mereka.

Gereja Katolik mengajarkan bahwa puasa dan Matiraga adalah praktek spiritual yang dapat membantu umat beriman dalam mempersiapkan diri untuk merayakan Paskah. Melalui puasa, umat beriman diharapkan untuk mengikuti contoh Yesus yang menahan diri dari kenikmatan dunia dan memusatkan perhatiannya pada kebutuhan rohaninya. Sementara itu, Matiraga mengajarkan pentingnya melayani sesama dan mengasihi orang lain seperti yang dilakukan Yesus. Dalam perkembangan belakangan "demi kamanusiaan" diarahkan hasil pengurangan kenikmatan dunia itu di"tabung" diuangkan dan dikaryakan dalam karya sosial bersama. Apa yang di Inbonesia disebut Aksi Puasa Pembanunan. (APP)

Kesimpulan dan pembelajaran seluruhnya yang bisa diperoleh sekurangnya adalah :

1. Peristiwa hukuman pidana mati memang menyentuh sanubari terdalam kemanusiaan. Belum lagi dampak keseimbangan ekologis kekeluargaan yang bisa terjadi. Kematian itu sendiri bagaimanapun caranya untuk manusia beriman menjadi satu kali saja bagaikan penanda tanganan diatas meterai kehidupan kita baik buruk prestasi dan jasa di dunia ini menghadap Sang Maha Hakim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun