Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyadari Kegagalan Apa yang Diperbuat?

4 April 2022   19:58 Diperbarui: 4 April 2022   20:14 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pengantar.

Dalam percakapan filosofis Kejawen sering digunakan istilah "jagat gede" dan "jagat cilik".Dunia makro dan dunia mikro. Sebenarnya disana terkandung makna masing-masing cukup luas dan dalam. Tetapi disini saya hanya mengambil pengertian yang simpel dan praktis saja yaitu sebagai perspektif situasi kondisi makro dimana kita berlibat atau tergabung semisal masyarakat, umat atau bangsa serta alam semesta, dihadapkan pada perspektif mikro, Aku, Pribadi sendiri dengan sikonnya yang khas perorangan. Dalam praksisnya tarkandung saran mari kita belajar dari peristiwa besar (jagat gede) untuk mengelola kepribadian sendiri.(jagat cilik)

Ungkapan ide orang terkemuka yang tersebar menjadi tersiar luas: "Siapa pun tidak bisa memilih orang-orang yang menurutnya pantas untuk menjadi ayah dan ibu kandungnya," tulis instagram suryoprabowo2011. "Memilih siapa yang pantas menjadi kakek dan neneknya, apalagi memilih siapa yang pantas jadi leluhurnya, ..." tulisnya.  Mengacu pada berita : Jendral Andhika Perkasa Bolehkan Keturunan PKI Jadi TNI, Mantan Kasum TNI Bereaksi (msn.com) membuat saya melantur jauh tentang kehidupan.

Disamping itu sejak peristiwa besar G30S 1965 keturunan PKI tidak boleh jadi TNI hingga saat ini suatu rentang waktu yang cukup lama. Sudah terjadi perubahan generasi dan gaya hidup yang berbeda. Sepantasnya ada juga perubahan kebijakan dari negara atau kelembagaan negara. Dan juga keterbukaan wawasan pribadi seseorang. Kebijaksanaan itu lahir dari suatu peristiwa politis yang besar. Sebab saya mencatat Jendral A.H.Nasution dulu terkenal dengan ucapannya juga : "Fitnah lebih tajam daripada pedang", atas tuduhan dari PKI bahwa TNI akan makar, maka terjadi pembunuhan 5 PATI TNI AD. Ternyata jalannya peristiwa PKI menjadi sebaliknya. Dan PKI menjadi terbukti bersiap diri dilapangan Monas dan di Lubang Buaya dengan suatu kekuatan bersenjata. Ketika PKI memberontak maka gagallah suatu Wawasan Besar Bung Karno yang saya catat sebagai ide "NASAKOM".

Peristiwa besar yang saat ini ditandai dengan perubahan kebijakan dan dahulu juga dengan kebijakan dengan segala ucapan yang terungkap tercatat, disini akan saya ambil saja hikmahnya.  Biarlah itu menjadi penelitian para ahli,adakah disana suatu kegagalan, dan macam apa... sementara layak bagi kita melihat jagat cilik kita secara pragmatis dan biarlah jagat gede dipikiri lain kali.

Wisata Perjalanan Hidup .

Tetapi masih kembali kerentang waktu dalam peristiwa terkutip yang cukup lama panulis sendiri masih tertarik kembali pada jagat gede kehidupan bangsa dan bahkan kealam semesta. Sebab bagaimanapun itu cermin juga bagaimana cara kita tidak sesat pada perjalanan hidup ini.

Awal hehidupan menuju pada akhir kehidupan bagi saya seperti menempuh perjalanan wisata bersama. Disana kita menikmati aneka panorama perjalanan yang kadang indah, kadang mengejutkan melalui tikungan tikungan berbahaya. Kadang kita berdecak-decak kagum, kadang kita hampir menjerit bersama.

Awal kehidupan kita adalah kelahiran. Destinasi wisata kehidupan kita adalah kematian. Panorama adalah bonus perjalanan, kita tidak bisa menentukan memilih yang indah-indah saja. Harus kita lalui tikungan yang sering mengerikan. Sementara itu kadang kita menyadari apakah pilihan transportasi dan pilihan arah menuju destinasi itu tepat dan serasi dengan waktu yang tersedia sehingga membuat kita santai, senang dan gembira ria.

Sekitar tahun 1973 pengalaman nyata yang pahit pernah saya alami. Perjalanan dari Yogyakarta ke Jakarta, dengan Bus bersama isteri dan anak baru berumur 4 tahun. Memilih bus yang baru dan khusus mencari bus dengan tempat duduk tiga bersama, agar selain penulis dan isteri anak yang mulai gede biar duduk sendiri. Kesalahan pertama pilihan bus, ternyata itu digunakan untuk angkutan transmigran dan bus bukan patas. Kepadatan penumpang membuat kami tidak nyaman berenak duduk  longgar sementara yang lain dengan tiga kursi duduk empat orang. Maka sampai kota Semarang kami mengganti transportasi patas dari Solo ke Jakarta. Naah ada perbaikan kenyamanan. Sayang sampai dipintu masuk kota Pekalongan, bus Patas itu ada kerusakan lampu. Kru tidak bisa memperbaiki. Perjalanan dihentikan baru esok pagi-pagi berjalan lagi. Target destinasi dicapai dalam hitungan waktu yang berantakan. Hambatan dan halangan datang tidak terpikirkan saat berangkat.

Jadi ternyata sebenarnya masih ada pilihan dan penataan bagi kita dalam kehidupan ini diantaranya: transportasi, yang murah dan nyaman dan arah dikaitkan dengan waktu yang tersedia untuk perjalanan. Perbekalan dan membuat perkiraan akan kebutuhan selama perjalanan hidup ini. Itulah kesempatan dan kewajiban dalam kehidupan, yaitu mengelola waktu peluang dan kesempatan dalam perjalanan hidup ini. Tentu target, destinasi, tujuan itu kepastian, semetara tempat istirahat barapa lama istirahat, makan dan jajan belanja apa itu pertimbangan lebih mikro. Semua itu jangan diabaikan sebelum kita menempuh langkah kehidupan yang mungkin bisa disebut kritis, ada kemungkinan kecelakaan yang menghambat tercapainya tujuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun