Katakan itu peristiwa bukan bencana, hanya musibah biasa. Katakan itu banyak orang mengalami. Katakan itu peristiwa sehari hari karena memang jaman pandemi. Penderita Covid meninggal dari R.Sakit langsung ke pemakaman. Keluarganya yang terjangkit kena karantina, yang sehat diselamatkan keluarga.
Rabu Tanggal 17 Feb yang lalu suami Tatik meninggal pergi memenuhi panggilan Illahi. Anak mereka yang semata wayang diselamatkan saudara dari yang meninggal, karena Tatik harus kena karantina.
Minggu tg  22 Maret saya membaca di Whatsupp grup keluarga  Kalimat pertama itu :  @ Selamat pagi. Akhirnya setelah 34 hari sy lulus Covid, wisuda kemarin, Sabtu. Terima kasih untuk doa dan perhatiannya. Tuhan memberkati.
Tanggapan dari saudara sepupu almahum bermunculan  bersautan :
@ Puji Tuhan, diajeng Tatik, Sehat bahagia Berkah Dalem Gusti.
@ Matur nuwun Mas,
@ Puji Tuhan , jeng. Sehat2 trus ya. Seneng bisa ketemu Raissa lagi.
@ Semoga pemulihan tidak bermasalah lagi
@ Makasih mbakku sayang.
Kalimat-kalimat komen tentang perpisahan mereka oleh karantina yang segera berakhir, Tetapi toh membuat kesan tersendiri pula :
@ Heppy bisa ketemu Raissa