Kompasianer Sigit Eko Pribadi menulis tentang Kontroversi AHY dan Fenomena Statement para Politikus yang kadang-kadang tidak ada Logika. Makin kesini para politisi semakin tidak bermutu dalam melontar pernyataan mereka. Â Dikatakan seharusnya bahasa politis itu selain logis harus etis berbobot edukatif diikuti perilaku keteladanan bukan provokatip dan memecah belah warga.
Kompasianer FM.Al Rasyid, yang "mengamati dan diamati"  bagi saya menegaskan kondisi politik ini dengan tulisannya  berjudul mengejek ini  Coup d'Etat dan Kudeta Partai Demokrat.  (Coup d'Etat dan Kudeta Versi Partai Demokrat Halaman 1 - Kompasiana.com)
Kondisi carut marut itu dilaporkan mendetail oleh jurnalis Budiarti Utami Putri di Tempo.Co Jakarta saya baca pada tanggal 5 Februari.Ternyata dikisahkan selain pangurus dan para pemimpin warga Demokrat  saya mencatat 13 0rang, belum termasuk yang dari luar dan SBY dan UHY sendiri dalam berita Tempo.co itu. Secara lebih "lembut"nya politik Pak Prabowo Subiyanto masih mengistilahkan manis 'kader gaduh ditengah pandemi'.
Yang memprihatinkan bagi saya adalah signalemen Kompasianer Susy Heryawan dalam artikelnya berjudul "Klaim Demokrat sesat?" (Klaim Demokrat Sesat? Halaman 1 Kompasiana.com)Â Bersambungnya cerita kudeta di Partai Demokrat dengan "Surat kepada Presiden" yang dikirim "pasti-sampai" oleh AHY. menjadi trik dan intrik yang makin melebar. Ucapan Prabowo Subiyanto tepat kader gaduh,hingga saling menuduh, tuding dan tolak, sementara Jokowi dengan elegan diam konon sebab itu soal intern partai.
Gaduhnya kader suatu partai makin menunjukkan sebenarnya jiwa pola orientasi politisi lebih-lebih dalam partai ybs itu sendiri, pemimpinnya anak buahnya bagaimana sejauh mana dihayati politik identitas. Pertanyannya lalu bagaimana upayanya agar politik identitas dikembalikan sebagai alat politis pada tempatnya ?
Sutradara kenamaan dari Irlandia George Bernard Shaw (1856-1950) memberi saran : "Baik-baik kaujaga dirimu bersih dan jernih, sebab engkau itulah jendela darimana kau melihat dunia".
Kesungguhan niat kemauan bersikap melihat memandang kebenaran,bukan palsu atau kepurapuraan tentang diri sendiri dan rasa tanggungjawab moral pada panggilan hidup, itu jawaban pada pertanyaan diatas. Hati dan otak manusia sendiri harus bersih dan jernih untuk melihat diri sendiri dan tanggung jawabnya pada panggilan hidupnya.
Rasanya jangan kita terjebak pada filosofi tinggi. Kata panggilan hidup aslinya dari suatu keimanan,yang sudah sering terdengar, amanah untuk satu jabatan semuanya pesan untuk kedepan. Lalu bagaimana bagi sudara-saudara yang sehari hari sibuk memikirkan untuk makan dan bayar sekolah anakya. Ada saran protokoler saya :
Saran pertama : Pakailah Masker : banyak lihat dan dengar,(ada hoack lho), kendalikan mulut.
Saran kedua : Cuci tangan, jaga kebersihan hati, jangan urusi yang bukan urusan anda
Saran ketiga : Jaga jarak : mau melangkah pikir baik-baik, mana duri mana banjir, hati hati dan kritis.