"Hingga saat ini,saya masih terus belajar setiap hari,bagaimana dapat menuliskan hal hal yang sesuai dengan hasrat hati para pembaca. Karena seorang Penulis, betapa pun piawainya, bila tanpa adanya pembaca, maka sia-sialah seluruh karya tulisnya." tulis Tjiptadinata Effendi (Misteri yang Tak Terpecahkan di Kompasiana Halaman 2 - Kompasiana.com).
Dari catatan saya sendiri : pada tahun 2012-14 kira-kira pembaca tulisan saya bila dibawah seratus saya "menangis", normal sekitar 200 pembaca, pernah menghitung 350. . Saya tergabung pada salah satu grup kompasianer yang berkembang saat itu. Ada relasi emosional dan kedekatan hati. Dua grup pernah terundang bertemu dirumah saya. Beberapa sampai sekarang terhubung dengan WA, Sudah ada yang meninggal di catatan saya ada 4 orang meninggal dan banyak yang masih berelasi tetapi sudah tidak sempat sebagai penulis. Â Dan warga Kompasiana saat itu belum sebanyak sekarang..
Seperti halnya pasar, banyaknya asset yang terjual bukan tergantung pada banyaknya penjual penyaji barang, tetapi datangnya pembeli. Para pembeli boleh banyak dan variatif, tetapi minat, dan duitnya pembeli menentukan sekali. Masih lagi masing-masing penjual barang mempunyai pelanggan tertentu, relasinya tersendiri juga. Â Dipasar tepat dipasang media periklanan. Tetapi bukan semata-mata iklan dipasar yang menambah terjadinya pembelian.
Bahkan boleh diambil ibarat lain yaitu. Memasukkan material/bahan yang sudah lengkap terukur dan berkwalitas pada sebuah mesin produksi, maka akan keluar hasil seperti yang diharapkan, sekian prosen sesuai "ramalan" tehnisi. Tetapi anda menanam padi, atau apapun dikebun atau sawah, hasil produksi pertanian hanya bisa diramal dengan persyaratan: cuaca normal, air cukup, bibit sungguh terbukti baik, tidak palsu dan pemeliharaan terselenggara normal, ect,ect. Faktor alam, manusia, dan proses.
Pembaca yang budiman, Kompasiana bagaikan mesin produksi kebaikan dalam bentuk tulisan, gambar, vcd, dst. Â Mesin itu sudah ada manualnya, berupa aturan, jalur, kolom kategori sistem nilai tata nilai (utama,pilihan, aktual, bermanfaat, inspiratif,menarik,dsb.) Tetapi perlu diingat ditempat itu di Kompasiana kita apabila melihat sebagai lahan pertanian maka faktor penentu hasil sangat variatip.
Layak kita belajar seperti rekan senior Tjiptadinata Effendi dan Ibu Roselina yang mendahului dan melampaui kita pada umumnya masih terus belajar dalam mau memasukkan kebaikan di Kompasiana.
Target tulisan permenungan ini untuk menemukan Gaya hidup yang pas, atau minimal sebagai penulis Kompasianer atau lebih luas memahami Gaya hidup yang elegan, terhormat dan bahagia sesuai dengan tata nilai, tata sosial, kondisi diri yang kita hidupi.
Gaya hidup gaya tulis jiwa semangat tulis Kompasianer sering sekali saya temukan sudah tampak dibawah nama Akunnya. Akan tetapi pada akun Kompasianer lain banyak belum tercermin Gaya Hidup atau Lifestylenya. Mungkin sens of life nya ya !
Gaya hidup menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah gambaran tingkah laku, pola dan cara hidup  Biasanya ditandakan dari Aktivitas, Minat, dan Pendapat.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya gayahidup seseorang atau kelompok diantaranya Mindset, Pengalaman, Kepribadian, Kesadaran Diri, Keinginan/motif, Pandangan atau Pilihan.
Dalam keseharian orang memandang gaya hidup orang lain dengan mengukur dan mengkelaskan dari sisi ekonomi. Juga kebiasaan acara hariannya yang dipengaruhi juga dengan penggunaan waktu, uang, dan teknologi serta status sosialnya.