Ketiga dan lanjutannya (sambil ikut meramaikan komunikasi publik meski hanya di medsos Kompasiana kita ini) bahwa semua pihak tersebut diatas telah melakukan lontaran kepentingan masing masing dalam kemasan issue.Â
Yang menjadi jelas pula dari sisi dinamika politik , bahwa warga kita semakin mudah terprovokasi, tergerakkan oleh perilaku pemuka masyarakat dan dengan segala issuenya. Dan masih bisa dipertanyakan apakah itu benar akibat politik-identitas, bahwa semua pihak kurang saling menghargai. Â Padahal sudah sejak zaman orde barupun saya masih aktip diparpol saat itu, kami sudah enak duduk minum kopi bersama rekan partai lain, warga masih perlu diredakan emosi kampanyenya. Sekarang ini sesuai zamannya multi partai dan politik identitas semakin tinggilah dinamika pengaruh mempengaruhi serta tawaran issue kepentingan, termasuk gaya-gaya penumpang gelap didalamnya. Suatu peristiwa yang bagi saya sangat berbicara seperti penggerudugan rumah Ibunda Menko Mahfud di Madura. Apa hubungan Ibunda dengan politik dan tugas Menko?. Oh Tempora Oh Mores !
Padahal bukan sekedar kepentingan tetapi tantangan berat kehidupan kemanusiaan kita sebenarnya adalah Pandemi Covid-19 yang mengancam kehidupan pribadi dan bersama. Sayangnya warga masyarakat termasuk beberapa tokoh pimpinan kelompok tidak cukup menghargai protokol kesehatan yang secara internasional itu sah dan memadai.
Belajar dan Berbagi, bagi saya yang non politisi, jangan jadi kritikus penentang atau pendukung, tetapi kritis cari nilai-nilai dari dinamika politik negeri ini  untuk mereorganisasi pengalaman batin dan berbagi dalam kebersamaan dengan sesama.
Setelah belajar dan berbagi rasa dan gagasan, maka yang ada tertinggal adalah harapan :
1. Gagasan MUI di akhir masa kepemimpinan lama , tentang Upaya Budaya Barokah,menurut Kyai Sodikun, semoga diujutkan oleh MUI dalam kepengurusan baru ini.
2. Gagasan Komnas HAM dibudayakannya kesadaran akan nilai-nilai HAM. Termasuk bukan saja haknya tetapi kewajibannya, saling menghargai semua pihak sebagai tanggungjawab semua warga bukan hanya Pemerintah.
3. Nilai nilai Pancasila semoga dihayati bersama di internalisasi bersama tidak hanya dari sisi pembagian kekuasaan tetapi benar untuk kemaslahatan dan kesejahteraan umum rakyat.
Renung-renung dan menulis peristiwa kehidupan dalam kebersamaan, mereorganisasi pengalaman batin itulah partisipasi pembudayaan nilai nilai harapan bangsa.
Permintaan maaf saya tolong diterima bila ada yang kurang berkenan, dan satu lagi tolong terima salam hormat saya.
Ganjuran, Desember,04.2020, Emmanuel Astokodatu.