Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dari PRT hingga Rektor

14 Mei 2019   17:02 Diperbarui: 14 Mei 2019   17:15 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Proses batin untuk memperoleh kesan mendalam itu sebut saja suatu refleksi. Yang berarti "kembali balik kebelakang". Refleksi yang baik seperti kita hadir diperistiwa itu dan terlibat disana dan bertanya-tanya pada diri sendiri bila ada yang tidak jelas. Demikian sehingga bisa disebut ada wawan bicara, wawan rembug, kembali merasa kesan dari peristiwa itu dengan diri sendiri. Seorang coach Dwiarko menggunakan istilah Selftalk. Namun selftalk telah dioleh dan dikembangkan dengan konotasi lebih luas baik dari sisi teknis psikologis maupun titik materi pilihan peristiwa.

Pengalaman penulis refleksi semacam ini menjadi upaya menemukan dan menakar kembali peristiwa-peristiwa yang menjadi serta dapat dijadikan peristiwa lingkungan yang seakan kita kondisikan sebagai lingkungan yang diambil manfaat hikmahnya. Kalau demikian refleksi seperti ini dapat membantu menemukan jati diri atau inti pembelajaran untuk hari hidup kedepan. Seperti contoh, melalui refleksi itu ditemukan bahwa nilai hidup kita itu Niat kita. Arah hidup kita itu kesadaran terpanggil, dan perbuatan kita adalah mengalami proses belajar seumur hidup. Contoh lain seseorang teman menemukan hidup itu Rahmat karnia Tuhan, Maka jalan hidupnya itu berdoa dan bekerja, untuk berbagi kepada sesama yang dicintainya. Dll dll dll.  

Wawanrembug, Dialog diri, Selftalk ini bisa bagus sekali kalau dijadikan kebiasaan berkala. Dan kebiasaan itu sangat baik bila bisa berkala didampingi Pembina Sahabat atau orang lain sehingga lebih nyata, sebab kadang kala Niat kita itu lemah.

Suatu system pendidikan yang sangat intensip memberi bimbingan membangun kepribadian saya mengalaminya. Disana ada kebiasaan / praksis penggunaan dialog, wawan rembuh berkala antara masing-masing pribadi anak didik ini dengan Rektor dan/atau Pembina Rohani. Rektor atau Pimpinan sekolah merealisir kedekatan dan membangun cinta-cita dan idealism sekolah, dan Pembimbing rohani membina kehidupan moral keagamaan. Disana pembinaan itu disebut Colloquium, yang berarti bicara dari hati ke hati.

Saya kira di rumah biasa dibuat hingga dewasa bicara dari hati ke hati ayah dengan putera lelaki dan ibu dengan puterinya. Ataupun putera puteri dengan ayah bunda mereka semua.

Wawancara, Dialog diri pada dasarnya juga mendialogkan Peristiwa. Peristiwa lingkungan sekitar dikaji digali maknanya, dikaji dan diakui. Selanjutnya diamalkan pesan dan hikmahnya. Dan begitu manusia berproses dinamis mengembangkan kepribadian berbekal fitrahnya. Mungkin bersama awalnya dengan PRT dan berlanjut bersama Rektor Sekolah, tetapi utamanya Orangtua. Wassalam

Ganjuran, Mei-12, 2019. Emmanuel Astokodatu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun