Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Integritas, Asli, Utuh, Lengkap, Penuh

27 Maret 2019   08:57 Diperbarui: 27 Maret 2019   09:05 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berbincang tentang integritas yang saya bayangkan dengan"keterangan", asli, utuh, lengkap, penuh, pada umumnya diarahkan pada orangatau kepribadian, tetapi apa salahnya pada suatu lembaga, organisasi,perkumpulan ataupun kelompok orang yang sengaja tertata.

Selanjutnya orang biasa menghitung hitung sagala macamciri-ciri dan unsur unsur dari hal/orang yang menjadi pokok bahasan. Saya sebutini sebagai suatu analisa terhadap unsur bagian baik secara nyata atau virtual,idealnya. Akan tetapi analisa itu tidak untuk memotong motong memisahkan memecahkan,sebaliknya untuk melihat secara mendalam dan terrinci kenyataannya. 

Pada akhirnya tentu akan berguna justru untuk mungkin mengkordinir menyatukankembali, atau mungkin kalau kepribadian secara lebih disadari dan kalauorganisasi mengkordinirnya menjadi realita yang lebih baik, tetapi aslinyarealita itu. Jadi upaya untuk adanya "integritas" sesungguhnya diperlukansebuah analisa yang jeli agar keaslian keutuhan kelengkapan dan kepenuhan itutercapai.

Pada waktu mengikuti pelajaran Budi Pekerti dan atauAgama disekolah dasar dahulu kepada kami anak-anak sudah mulai diberipengertian tentang perbuatan baik dan perbuatan jahat. Juga diberi pengertianbahwa perbuatan itu akan menerima pembalasan atau pahala kebahagiaan setelahmeninggal. Dan Badan/raga itu dikubur setelah orang meninggal dunia. Sukma/jiwaorang itu yang kekal. 

Dikenalkan kepada anak anak sebenarnya baru pada duaunsur dalam diri orang. Dikotomi dalam unsur Jiwa dan Raga, itupun sudah adasinonim Sukma dan Badan. Sejalan dengan itu ada perbuatan baik dan perbuatanjahat. Ada Pahala dan Hukuman.

Belum lama saya mendapat seorang tamu yang mengajakbicara mengenai kegiatan social kemasyarakatan dan peribadatan umatdilingkungan gereja kami. 

Tidak mengherankan apa bila pembicaraan melesatmenjadi saling berbagi pengalaman batin. Dari dia saya menangkap kepahaman tamusaya ini bahwa manusia terdiri dari Roh, Sukma, Jiwa, Batin, dan Badan/Raga.Yang menarik bagi saya adalah penggunaan / pengertian keseharian menurutnya, istilahOlah Raga. 

Olah raga itu upaya mendisiplin diri dan matiraga mengendalikankeinginan dan asrat raga, seperti makan enak, malas kerja, pikiran burukterhadap orang lain. Sementara dari pelajaran budi pekerti dahulu olah diriyang berupa pengekangan nafsu dab itu sudah semacam olah rasa atau olah batin;dan olah raga adalah permainan dan serba serbi peningkatan kekuatan badan danketangkasan untuk atau dalam "permainan".

Rupanya kita memang harus belajar tentang Integritaskepribadian orang itu berawal dari dunia bissnis dan dunia kerja. Sudah sekitartahun 2000 banyak muncul sistem pemasaran bergaya Multi Level Marketing dandengan itu muncul "pengusaha kecil" berskala luas dilatih olehmotivator-motivator tersendiri. 

Pengusaha muda pun merasa membutuhkan ekstratambahan motivasi dan skill dari seniornya. Dan terjadilah komoditas baruberupa "motivasi dan skill" untuk dijual. Maka terjadilah perlombaan antarmotivator bisnis (bisniss coaching) dan motivator kehidupan.(Life coaching).Kita bisa mengamati dari terbitnya buku-buku entah dari penulisan sendiriataupun penterjemahan dari penulis2 asing. 

Sebut saja : "Faktor paling pentingdalam meraih sukses" -- Adversity Quotient, karya Paul G Stoltz Phd,diterjemahkan oleh T.Hermaya, PT Gramedia Jakarta 2000. Dan kelima kalitercetak th 2004. Yang akan saya kutip disini nanti,"Working Smart" karyaMichael LeBoeuf Phd.terjemahan Haris Munandar, terbit awal oleh Mtra Utama2000, dan Pt Tangga Pustaka 2010. Di Indonesia ini saat itu mencuat tokoh danpakar motivasi bisnis seperti Tung Desem Waringin, yang salah satu buku yangcukup luks "Financial Revolution" diterbitkan oleh PT Gramedia Jakarta2005.  

Dan sampai sekarang sejalan dengan komersialisasijabatan yang dengan mati-matian Pemerintah melawan, bahkan timbul lagipolitisasi agama, sehingga hamper susah membedakan motivasi dan skill bisnisdengan motivasi motivasi moral untuk perbuatan baik dan "undangan peribadatan"yang dijadikan sarana politis juga.

Pembelajaran yang paling utama untuk pemahaman akanIntegritas adalah"pesan" Tung Desem Waringin,  bahwa kerangka pikir untuk sukses menjadi kayaitu terletak pada, Keyakinan akan tujuan, Perencanaan strategis, Memonitorpelaksanaan dan Belajar terus.

Apabila dilanjutkan untuk menemukan kata kunciberikutnya, berikut adalah pesan M.LeBoeuf dalam bukunya Working Smart tersebutdiatas. Katanya, dengan bekerja dimana saja, untuk memperoleh hasil maksimaldengan waktu dan tenaga lebih sedikit, itu adalah "Jadikan bekerja itu dirimusendiri sepanjang waktu." Artinya pribadi seutuhnya dengaqn semangat jiwaraganya penuh aroma "bekerja".

Mengolah dua pesan tersebut diatas sudah mengarahseperti apa Integritas sikap dan perbuatan (kerja) di dalam kehidupan. Menjadidiri sendiri adalah keaslian penampilan integritas seseorang, mengerti danyakin akan tujuan dan menjadi sikap utuh berkesinambungan. Ada unsur kognitif,konatif, dan kesetiaan dalam waktu berkelanjutan.

Seorang wartawan bernama A.Ranggabumi N. mewawancaraidan menulisnya dalam sebuah buku pendapat Pemimpin agama Katholik Mgr Ign.Suharyo.. Dalam salah satu pertemuan wawancaranya itu Ranggabumi mengungkaptentang kebutuhan akan motivasi kerja untuk sukses. Kiranya fakta yg dimaksudadalah ungkapan saya dimuka. 

Pertanyaannya yang dikemukakan : ApakahSpriritalitas anda juga menawarkan nilai (value) untuk sukses dan keberhasilanhidup. Dalam kurung dari saya (sayang kok tidak ditanyakan tegas: plus suksesberpolitik?) Jawaban yang diberikan sebelum masuk ke inti pertanyaanRonggobumi, Mgr Ign Suharyo ada dua hal yang menarik. 

Pertama : Apa pengertian dan ukuran Sukses dankeberhasilan hidup itu?

Kedua    :Kebutuhan akan "motivasi kerja untuk sukses" itu sudah dijawab oleh para coachdan motivator dalam kancah : "Cocktail Psychology". Yaitu tawaran serba instant aneka ragam strategi, taktik, metodologiinstant untuk mencapai sukses, keberhasilan, dan kebahagiaan yang juga instant.

Menarik perhatian adalah kata Cocktail yang dijelaskanyang menggambarkan sebuah pesta aneka ragam makanan yang boleh bebas dipilihdan siap santap serta instant. Menarik perhatian pula dua kata ini : Anekaragam, karena memang sekarang ini demikian banyak buku ditulis termasuk anekaanalisa kejiwaan atau kebatinan manusia. sehingga kepelbagaian istilahkerohanian itu jangan menjadi sengketa karena semuanya berdasarkan introspeksimasing2. 

Selanjutnya kata instant,itu berbeda dengan tawaran Mgr Ign Suharyo.Menurutnya kebahagiaan itu memang membumi (theology penjilmaan) tetapiberrakit-rakit dahulu bersenang senang kemudian dengan semboyan "melalui jalan(salib) upaya kepada kebangkitan mulia".  

Di situ ditegaskan dalam buku IgnSuharyi-Ronggobumi, berjudul "Kekatholikan dan Keindonesiaan Kita", halaman203-208. Bahwa Kebahagiaan itu juga mulai di kehidupan sekarang ini terus harusdiupayakan menuju pada kebahagiaan abadi nantinya. Itu jalan salib menujukebangkitan mulia, berupa proses kehidupan, penalaran, perkataan, dan perbuatanmanusia seutuhnya.

"Manusia seutuhnya" dalam istilah sejarah nasional kitasudah kerap kita dengar dari Presiden Pertama kita Ir.Soekarno. Dan tokohPahlawan Nasional Mgr.A. Soegijopranata SJ. mengumandangkan semboyan Katholik100% Indonesia 100% untuk umat pemeluknya. Dan pesan para pendiri bangsa danNegara kita ini : N.K.R.I. sebagai Negara kesatuan dalam integritas bangsa,yang utuh tidak terbagi tidak terkotak-kotak, asli, tidak berbau import, satuhati satu perjuangan sebagaimana diidamkan dan diperjuangkan melalui titiktiitik darah tidak sedikit.

Integritas ini yang saya dambakan Asli, Utuh, Lengkap,Penuh, untuk idealnya suatu kepribadian hingga kenegaraan diantara kita.

Tolong terima baik salam hormat, terima-kasih untukPembaca, dan perminaan maaf bila ada kesalahan pilih kata dalam tulisan ini.


Ganjuran, Maret 27, 2019.  Emmanuel Astokodatu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun