Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perasaan

3 Juli 2018   10:27 Diperbarui: 3 Juli 2018   10:25 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dibanyak tulisan apa yang disebut diatas dikatakan sebagai indikator Kematangan Pribadi. Kematangan orang berperasaan  Sementara ketika saya buka Google, dapat terbaca di http://indosdm.com/kamus kompetensi-kematangan-pribadi-maturity.

Dalam persektifnya sendiri Rita J.Nainggolan dan Frans Budi Pranata dalam bukunya "Personal Success Cockpit"  mengedepankan "Kecerdasan Emosi"  Dan sambil mengatakan lebih pentingnya kecerdasan emosi daripada kecerdasan inteleltual, tetap menyebut managemen atau kultivasi perasaan itu sebagai "Kecerdasan"  Judul pembahasan tentang hal ini ditulis "Kecerdasan Emosi" (Emotional Intelligence).

Banyak penulis baik yang berbicara dalam sudut pandangnya untuk suatu fokus tertentu maupun yang membahas lebih melihat keseluruhan kepribadian kemanusiaan ini mengakui bahwa Perasaan atau Emosi sangat berperan menentukan keberhasilan atau kesuksesan membangun mutu kehidupan. Bahkan sangat telak dikatakan dengan terbitnya buku "Psikologi Raos" oleh Ryan Sugiarto, Raos (=Rasa) dari sistem penalaran lokal di bahas dan diilmiahkan dalam bukunya itu. Saintifikasi Kawruh Jiwa  yang integral disosialisasikan secara panjang lebar agar menjadi konsumsi masyarakat luas lebih daripada hanya untuk orang lokal saja.

Pembelajaran yang saya resapi dari permenungan ini :

Kehidupan dan mutu kehidupan itu sekali tempo tampak dan dapat didekati dari sana sebagai respon terhadap situasinya, sekali waktu tampak dan harus disikapi sebagai energi yang harus diarahkan oleh motivasi nilai.

Maka pesan utamanya yang harus diambil adalah : Pemikiran positip itu awalnya, kemauan baik itu modalnya, ketulusan sikap sederhana itu senyumnya dan ungkapannya.  Itu adalah :

Rasa hati Syukur : Terimakasih.
Rasa Hati penuh Permaafan.
Rasa jiwa penuh Peduli dan perhatian
Rasa siap tanggap dan sungguh Merespon
Mau berbuat merespon pasitif, siap melaksanakan perbuatan kebersamaan menurut kesehatian dan kepatutan. Artinya baru sekarang kita "aku dan kamu" saling menyatakan dan meneguhkan sikap berdialog menjalin komunikasi kasih dan lain2 seterusnya

Demikian permenungan saya yang bisa saya bagikan. Semoga manfaat. Tetapi tolong terima salam hormatku, terimakasihku sudah membaca. Semoga anda bahagia.

Ganjuran, 3 Juli 2018. Emmanuel Astokodatu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun