Membaca buku, artikel, berita dan peristiwa, saya melihat dan merasakan memang mudah orang jatuh pada kecenderungan merasa bahwa yang dipikirkan itu suatu kebenaran suatu kenyataan. Padahal seringkali buah pikiran jauh dari realita dan kenyataan. Demikian susahnya orang memahami dirinya gagal paham hingga sesat pikir. Itu sebabnya banyak orang kepala batu, merasa dirinya paling pintar, dan jatuh pada debat kusir dari pagi hingga sore hari. Padahal diatas langit masih ada langit.Â
Pada suatu waktu pada dekade sebelum 2000 saya sebagai salah satu awam pelayan umat, ikut pada suatu musyawarah para pemuka jemaah yang semuanya rata rata theolog dan pemikir banyak bidang, membahas sebuah draft pemikiran dari tahap dua kali diskusi kelompok, pada saat pleno masih saja ada koreksi/penyempunaan yang tajam dari salah satu pemikir itu..
Kesempurnaan hanya milik Allah. Dengan kata-kata menyebut Asma Allah saya bukan mau berteologi, hanya mau mengatakan didunia kehidupan kita ini semua serba terbatas.
Keterbatasan diramu dengan kebebasan manusia. Kebebasan kehendak manusia itu sangat luas. Manusia bisa menghendaki demikian luas, meski keluasan yang terbatas juga. Tetapi keterbatasan itu masih tidak menghapus kebebasan kehendak manusia. Ketika kebebasan itu mau menjangkau apa saja yang diluar batas yang dipatok oleh keterbatasannya maka terjadi bencana dan kejahatan.
Bencana itu terjadi bila ......
a. Sesuatu terjadi diluar kemauan (yg bebas), terjadi sesuatu yang "tidak dikehendaki". Peristiwa mungkin tidak terduga, (keterbatasan pikir orang) atau merugikan orang yang tak mampu menanggung kejadiannya (keterbatasan kemampuan).
b. Sesuatu terjadi oleh manusia yang bebas keluar dari batas kondisi lingkungan manusia, terjadi suatu pelanggaran terhadap aturan hukum,aturan alam, aturan perilaku (kejahatan manusia) dll yang memberi keterbatasan demi harmoni yang harus terjadi.
Jadi ada bencana alam, bencana perilaku manusia, kejahatan yang terjadi didunia manusia ini.... semua menyandang unsur kebebasan kehendak dan keterbatasan, bukan kesempurnaan.
Kemajemukan....itu mau mengatakan "bukan tunggal". Saya masih ingat ketika harus belajar bahasa Latin, bahasa kunanya Eropa,saya harus menghafal : "Amo, Amas, Amat, Amamus, Amantis, Amant. Artinya : aku mencintai, engkau mencintai, dia mencintai,(tunggal,aku,engkau dia) kami mencintai, kalian mencintai, mereka mencintai(jamak, kami,kalian,mereka). Semua sekali lagi semua kata lebih lebih kata kerja akan harus berubah akhir katanya, menurut jumlah, jumlah pelaku, waktunya, modusnya. Beda akhir kata telah menandai jumlah, waktu, dan modusnya dalam kalimat bahasa itu. Maka setiap kata menjadi lebih spesifik, tegas makna dan kedudukannya dalam kalimat.
Kejamakan / kemajemukan itu hal penting dikatakan pada semua kejadian. Banyak hal, benda, peristiwa, akan sangat jauh berbeda dibanding yang serba tunggal. Dalam kemajemukan ada tambahan variabelnya, karena yang bukan tunggal itu juga ada tambah kemampuannya, kekuatan/potensinya. Kalau anda menyelenggarakan hajatan didesa, dibantu oleh tetangga secara gotong royong, akan sama rasanya kalau anda dikota menyelenggakan demo. Dukungan tetangga dan dukungan demonstrans anda rasakan sakit kalau tidak semarak seperti yang anda harapkan.
Dalam kemajemukan ada pasti suatu keberagaman. Perbedaan ini kerapkali menjadi batu sandungan, karena ketidak adanya warna tunggal, cara tunggal, bentuk tunggal.