Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berbagi (Hati) Itu Rawan Selingkuh

14 September 2016   16:08 Diperbarui: 14 September 2016   16:15 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Cintaku, Cintamu, Cinta mereka. Kita mamang harus bicara soal Cinta. Cintaku, Cintamu, Cinta mereka. Mengapa ?

Diriku, yang terbiasa berrefleksi. Dan pembaca maklum, saya seorang kristiani. Dan umum tahu Yesus mengajarkan Hukum tertinggi bagi umatNya adalah hukum Cintakasih. Satu kepada Tuhan, Dua kepada Sesama seperti kepada Diri sendiri. Jadi ada tiga oknum yang disebut disitu : Tuhan, Sesama, Diri Sendiri (sebagai pelaku hokum dan pengukur perintah (Cinta). Jadi sangat wajarlah saya berfikir tentang Cinta. Dan bila sekarang mau nulis perihal Cinta, ini salah satu bentuk saja dari Berbagi, dengan hati pula.

Pembaca Yth, andalah salah satu dari sekian banyak sesama yang kutemui. Dan salah satunya yang harus kucintai sesuai perintah agamaku. Dirimu kutemui di dunia kini dengan media social ini. Saat saya menulis saya membayangkan pembaca. Kritis, bebas, sesuai dengan konsepsi pembaca sendiri tentang cinta itu. Jadi cinta diantara kita itu bisa saja dari sebelah tangan tanpa bertepuk tangan sebelah. Tetapi banyak kalanya pembaca memberi komentar. Nah itulah salah satu bentuk respon terhadap tulisan cinta saya. Akibatnya saya membayangkan tulisan tentang cinta inipun adalah dialog, berbagi opini, berbagi sesuatu yang dari saya penulis untuk anda yang saya hormati saya hargai. Maka semua itu menjadi warna dari berbagi hati oleh saya. Dan sungguh tidak tertutup kemungkinan kebersamaan menulis di Kompasiana menumbuhkan kedekatan hati seperti terbentuknya grup Kompasianer di Facebook, a.l. Grup Desa Rangkat.

Jadi para pembaca artikel ketika sedikit banyak mengeluarkan rasa positif, yang bisa berkembang jauh sampai kagum, suka, spontan kepengin merespon. Saya mencatat nama dan kesan dari tulisannya, sepuluh paling top perempuan yang saya kagumi, saya hormati, saya respek dan ada respon positip suka. Sebagai rasa terima kasih sesuai porsinya saya suka dan cintai mereka. Maaf rekan saya di Kompasiana ada 700 = 750, dan Fb hanya 1529 orang dan disana terjadi relasi jaringan. Itu motivasi kedua kita perlu terbuka sejauh apa saya mencintai anda, Pembaca Yth.

Baru-baru saya membaca dua tiga dan beberapa yang lain, artikel tentang cinta, dan para pelakunya. Maka memang boleh kita perhitungkan sebagai referensi dan ilistrasi tentang : Cinta Mereka. Tetapi saya bukan mau komentar dan membahas, Cuma saya akui saya tersentuh. Tulisan itu diantara saya kutip sedikit sbb : “Kamu yang sedang membaca tulisan ini mungkin tidak percaya tetapi hal ini banyak terjadi di sekitar kita. Ketik saja di google dengan kata kunci tertentu, maka kita akan langsung terhubung dengan berbagai kumpulan koleksi-koleksi perempuan-perempuan atau laki-laki telanjang yang sebenarnya ditunjukan untuk pacar, suami atau orang-orang yang mereka percaya. Kadang gambar tersebut memang sengaja disebar, atau tidak sengaja tersebar.” Selengkapnya  Atau Akunnya

Sedangkan yang lain petunjuk tentang Cinta yg normative menurut saya, yaitu tulisan Rekan penulis Kazimi, disini

Mereka adalah saudara saudara dibumi Indonesia yang sepatutnya diperhatikan dicintai juga. Dan dengan pelbagai upaya telah juga ada banyak orang memperhatikan.

Tiga hal tersebut diatas, Diriku, Diri Pembaca, dan Mereka, (penulis dan yang ditulis) membuat saya berrefleksi ini.

Hidup memang pada mempunyai warna dengan adanya Visi dan Misi termasuk konsepsi Cinta. Cinta normative itu tersusun oleh Hokum agama, hukum moral, hukum kepatutan, Hukum alam, psikologi manusia, kecenderungan social manusiawi, hukum Valensi, hukum social, adat istiadat, dari sana orang menemukan norma norma yang normatif untuk Cinta. Kaum muda bisa belajar dari yang dewasa, Tanya sana Tanya sini,tetapi lebih mungkin baca sana baca sini. Akhirnya setiap orang itu menemukan ilmunya sendiri tentang cinta.

Cinta sebuah energy hati dan nalar spontan untuk suka berbagi. Sampai berbagi dari dirinya sendiri, Berbagi hati. Maka itu S E N I  Cinta. Maka sebenarnya setiap orang itu punya ilmu-cintanya sendiri. Setiap orang normal menciptakan seni cinta untuk dirinya.

Bersama dengan setiap orang yang bersyukur dihari Ulang tahun, saya pun semakin yakin bahwa hidup ini lahir bersama cinta. Sejak sperma ayang menempel di rahim ibunda, keberadaan saya terproses oleh Kasih Illahi, dipicu oleh cinta ayah bunda, dan tidak seberapa lama ayah bundapun mencintai saya. Saya harus bersyukur hidup dihidupkan cinta diawali oleh dicintai.

 

Hidup Harus Semakin Cerdas, semenjak hanya didekati mulutku dan mungkin pula tangan mungilku mencari susu ibu. Tangis dan celoteh terlatih untuk tanggap pada situasi terlebih kasih ibu bapak, dari mereka saya diberi contoh dan teladan yang saya tirukan. Ingatkah pembaca setiap langkah kemajuan kita, dikatakan oleh mereka :  Yaaa, ayoooo, ……pinter.!  Maka hingga dewasa peri kehidupan semakin rumit, muskil, penuh tantangan, manusia harus belajar terus tentang realita, kehidupan dan cinta yang lahir hampir bersamaan..

Releks Tetapi Rasional,adalah salah satu cirri, tanda, indicator kedewasaan. Ketika saya masih kecil adik saya lahir, dan menjadi pesaing pertama dari peluang mendapatkan cinta dari orang dewasa. Ternyata memperjuangkan cinta untuk dapat mencintai dan dicintai perlu rileks, santai tetapi rasional. Pelajaran ini saya terima dari adik saya. Ketika saya menggebu merebut perhatian orang dewasa, adik saya banyak yang melindungi, merengkuhnya. Ketika berebut didekap oleh ibunda menjelang tidur, kami berrebut meletakkan tangan dileher ibunda. Memang saya menang, tetapi tangan adik saya justru ditarik dan oleh ibu diletakkan di buah dada ibu yang hangat. Kehidupan dewasa ini semakin berat mulai dari persaingan merebut cinta, merebut posisi dalam kerja, dalam politik, saya di”hajar” oleh strategi rileks tetapi rasional. Semangat menggebu tetapi langkah harus penuh perhitungan yang masuk akal. Nafsu cinta yang kuat menerjang perintang pelintang penghalang harus terkendali oleh akal budi.

Ikuti Hukum Kepatutan, adalah realisasi untuk sikap rileks. Tidak perlu banyak debat tentang Cinta. Cinta harus dilaksanakan, padahal banyak hukum harus diperhatikan. Jembatan dari nalar dan perasaan hati, saya selami saja dalamnya cinta. Cinta muncul dari mata dst, masuk ke hati, artinya pengalaman inderawi menjadi pangalaman batiniah, jiwani, rohani. Derasnya desakan inderawi sering tidak memberi kesempatan cinta yang rohani itu bergerak. Atau dalam bercinta juga saya sering mengalami adanya pertentangan dan perang batin mengikuti hukum-hukum yang dimuka juga sudah disebut. Perang batin terus kapan mulai nya bercinta. Hukum kepatutan adalah hukum keseimbangan keserasian dan tahu waktu tahu tempat. Orang bilang semua indah pada waktunya dan pada tempatnya. Konprehensip me”rasa” cinta harus bagaimana……..

Kelola Strategi Kebutuhan, maksudnya managemen sarana prasarana serasi dengan kebutuhan bukan keinginan. Kebutuhan lebih terletak pada realita nyata, keinginan berangkat dari imaginasi kita. Konkritnya mau bercinta antara pasangan dari Medan dan dari Yogyakarta, bagaimana tidak: harus ada hal yang perlu dihitung, diukur,diadakan.

Berbagi Hati,adalah titik berat dalam hidup bercinta. Dalam buku sumber ajaran Cinta kasih ada banyak saran dan petunjuk focus dan titik berat cinta. Pertama pemimpin yang mengenal mengerti anak buahnya. Unsur mengerti dan menunjukkan jalan dari seorang pemimpin. Kedua adalah tidak membeda-bedakan sasaran,. Unsur keadilan dan kebenaran. Ketiga dalam bungkus rumusan : tiada orang yang lebih cinta daripada seorang sahabat yang berani mengorbankan jiwanya untuk sahabatnya. Unsur integritas cinta, keutuhan dan kesempurnaan cinta itulah Berbagi Hati. Mencintai tidak pandang bulu antar sesame, mengerti memahami, empati, peduli dan menunjukkan jalan, membantu sesuai kebutuhan,mengorbankan diri sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan, tanpa pamrih. Cintailah sesamamu seperti mencintai dirimu sendiri, tepo sliro (menurut ajaran Jawa), bukan berarti pro aliran seks bebas.

Pancasila ala saya diatas hasil permenungan saya dirintis sejak berumur 43 tahun hingga kini. Setiap kali ditemukan sisi kehidupan dan memang kita harus belajat, belajar terus, belajar untuk hidup ini, Cinta lahir bersama kehidupan kita.

Problematika Seksualitas, itu sebaiknya jangan disamakan dengan problema Cinta.Maksudnya problem bagaimana melaksanakan cinta kasih jangan selalu dicampur adukkan dengan problema seksual. Masalah seks meliputi factor penyimpangan hasrat seksual, anomala kecenderungan, anomala kebiasaan seksual, masalah kesehatan alat reproduksi, ada baiknya problema itu ada pembahasan tersendiri yang focus. Akan tetapi memang Berbagi hati bisa menjadi repot tanpa melihat kisi kisi hukum kepatutan. Dan itu merupakan kerawanan kemurnian cinta kasih. Begitulah cinta sesat bisa menuju kepada perselingkuhan. Apabila media sosial bisa menjadi sarana sharing and connecting, mungkin strategis pula untuk aliran seks bebas seperti disiratkan oleh tulisan tertunjuk diatas.

Hidup dan Cinta membutuhkan Visi dan Misi yang jernih agar tidak terseok seok. Hidup dan Cinta adalah anugerah Tuhan bagi berkelanjutan yang sehat umat manusia. Jangan mau dipermainkan oleh pedagang bermodal seperti Gelombang Cinta, Anthorium saat itu. Dilambungkan kemudian berikutnya dihempaskan.

Sekelumit sharing hal Cinta dan Berbagi Hati yang dilahirkan ( hampir) bersamaan dengan kehidupan ini sendiri.

Tolong terima salam dan hormatku.

Ganjuran 11 September 2016. Emmanuel Astokodatu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun