Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ketika Tangis Menjadi Kekuatan

13 April 2015   17:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:09 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A.Makna Tangis

Pagi tadi ketika renungan ibadat pagi ada pesan singkat tentang perlunya kita lahir kembali. Pesan yang di mustahilkan sebab bagaimana orang dewasa harus masuk kembali kerahim ibunya. Spontan saya melihat bahwa kelahiran itu sangat erat sekali dengan tangis. Dan ternyata menurut pengalaman isteri saya yang seorang bidan, bahwa tangis awal bayi adalah tanda kehidupan. Artinya sebelum terdengar bayi yang baru lahir itu menangis bidan akan”harus” gelisah dan kuatir akan hidup matinya bayi tersebut. Sayapun sebagai suami bidan sering harus mengantar dan demikian merasakan hiruk pikuknya keluarga yang akan mendapat kedatangan bayi baru. Memang demikian proses kehidupan baru, proses kelahiran, ditandai oleh serba tangis. Sebelum bayi keluar, ibu yang mengandung penuh derita, gelisah, dan tangis, lalu bidan berusaha menguatkan hati dan semangat untuk ibu itu agar setia setapak demi setapak mengikuti proses kelahiran anaknya. Setelah proses kelahiran, bayi itu akan menangis perdana. Tangis yang disebut tanda kehidupan. Kehidupan buah dari pelahiran yang diliputi oleh tangis perjuangan untuk kehidupan.

Melanjutkan permenungan itu mari kita kaji makna tangis-tangis kehidupan kita. Ada jenis tangis :

a.Tangis derita ibu mau melahirkan

b.Tangis perdana bayi menandai kehidupan

c.Tangis bayi sebagai respon situasi yang belum dikenal

d.Tangis bayi sebagai sarana komunikasi mau bilang perutnya lapar

e.Tangis haru seorang ibu menerima anugerah illahi

f.Tangis penderitaan penuh harapan untuk kehidupan kedepan anak manusia.

Sepertinya tangis anak manusia itu bisa terkelola dan dikultivasi menjadi motivasi untuk melahirkan energy atau kekuatan untuk berprestasi. Tangis menjadi bentuk olah raga dan olah jiwa berupaya. Tangis perdana yang semula murni netral menjadi tangis derita dan tangis aspiratif dan motivatif untuk gerak energik.

Tangis itu selanjutnya sebagai sarana komunikasi menciptakan respon reaktif tetapi juga melahirkan kondisi-kondisi baru bagi dirinya. Kepuasan, kelegaan, ketenangan, bahkan bisa membawa kedalam keadaan tertawa, juga tertidur pulas.

B.Dan Disana Ada Kelahiran Kembali

Pernah kusadari adanya motivasi tersembunyi dan baru belakangan sekali lebih kusadari bahwa selama prestasi saya selama lebih 10 tahun itu karena “kecaman” dan ejekan serta cemoohan bahwa saya adalah anak nakal sehingga sahabatku dilarang oleh sang ayah berteman dengan saya. Seorang pastor tua mengaku menjadi pastor hingga saat ini berumur 86 th, bahwa dia demikian terdorong menjadi pastor karena ketika berumur 8 tahun belum boleh menjadi pembantu ibadat. Sejak itu dia bilang aku tidak akan menjadi pembantu pastor tetapi akan menjadi pastor itu sendiri.

Dari pengalaman dan cerita pengalaman tersebut diatas tampak bahwa kecaman ejekan itu menyakitkan dan bisa setingkat derita yang pantas ditangisi. Maka boleh dikatakan tangis dan derita itu berhasil menciptakan kondisi termotivasi berkelanjutan. Berulang kali kondisi termotivasi itu berhasil diperbarui dilanjutkan. Kelahiran motivasi berkelanjutan, mengabadikan dorongan gerak energy mencapai cita-cita.

Seluruh factor dan aspek yang disebut diuraian tentang tangis dan kelahiran dimuka jangan diambil kesimpulan logis saja tetapi refleksikan dan analogikan serta ambil pembelajaran dengan nalar dan rasa. Saya kira tidak mustahil bahwa manusia dapat diperbarui jiwa, kekuatan dan semangatnya bahkan diperbarui jati dirinya sehingga bagaikan bisa dilahirkan kembali tanpa harus kembali kerahim ibunya. Sebab “barang siapa tidak dilahirkan kembali……..dia hanya berjalan ditempat”.

Ganjuran 13 April 2015

Salamku hormatku,

Emm.Astokodatu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun