Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Ibu dalam Cerita Cinta (5)

20 Januari 2012   03:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:39 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ada peribahasa : Cinta ibu sepanjang jalan. cinta anak sepanjang galah. Tentu, jangankan perbahasa sedang satu kata saja menuntut pemaknaan yang benar supaya pesan yang benar bisa ditangkap. Sebenarnya tidak hanya ibu, cinta-kasih bapak kepada anak gadisnya kadang mengagumkan juga. Sepanjang jalan juga bukan berarti dipertontonkan dijalanan dimana-mana, namun dalam arti sebenarnya cinta itu jauh dan panjaaaaaanngg, panjangnya jalan, asal bukan jalan buntu.

Kemarin anak kakak, sebut saja Bu Titin, mampir kerumah. Ceritanya sungguh kisah cinta : mengikuti anak gadisnya yang sudah selesai studinya S2 akuntansi dan akan mengikuti testing untuk masuk kerja. Mereka tinggal di Surabaya dan pelatihan kerja masih dalam rangka testing,di Yogyakarta.

--“Begini Oom, saya ke Jogya dalam menemban tugas dari Pappu, untuk mengawal puteri kesayangan. Saya harus melihat bagaimana fasilitas untuk 18 hari di Yogya. Bagaimana penginapannya,dan lain sebagainya. Nah hari Sabtu ini saya diusir sama anak saya karena katanya risih dan malu ditunggui mamanya.”Ibu itu cerita tanpa ada putus-putusnya….

--“Pada hal saya masih disuruh oleh Mas Armen ( suaminya ) untuk sampai Senin dalam saya awasi anak itu… Ya sudah saya kerumah Oom dulu…”

Memang kemanakan saya sendiri sebenarnya juga cukup protektip terhadap anak. Persis seperti ibunya. Tanpa komentar sudah menjadi jelas tentu saja Sang Sarjana Akuntan Profesional itu kepengin tidak lagi diperlakukan seperti sewaktu di SMP.

Penulis menjadi ingat waktu pertama kali masuk asrama dan juga diantar ayah bunda, juga sangat mengharap bapak ibu segera pulang setelah bertemu pimpinan asrama, agar saya segera dapatberkerumun bersama rekan-rekan baru….

Pilihan perlakuan untuk “yang-tercinta” tidak juga begitu saja mengena. Cinta orang tua terlalu panjang barangkali……?Mungkin perlu peribahasa baru :Cinta Ibu cukup sampai trafficlight berikutnya…..?

Bagaimana opini anda?

(Bersambung, Cerita Cinta akan selalu bertanya bagaimana pendapat anda)

Tags : Desa Rangkat, Cinta, Protektif, Hargadirianak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun