Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Misteri Kematian

14 November 2011   14:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:40 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan Nopember adalah bulan Arwah buat khususnya orang Katholik. Mungkin “sepintas” sama dengan orang Muslim membuat bulan Ruwah sebelum bulan Puasa, sebuah bulan untuk ingat kepada para arwah.“Sepintas” karena saya tidak focus dengan perbandingannya mengingat sharing saya khusus tentang bulan Nopember bagi orang Katholik. Itupun sedikit saja.

Dan mengapa ? Saya tergerak oleh Della Anna yang pada tanggal 6 November 201102:05:32 menulis demikian : Kematian bukan untuk di takuti, tetapi di sambut dengan gembira, karena merupakan satuan proses kehidupan kita”.

Dia menanggapi tulisan saya ini : “Manusia bisa dirasakan berdimensi rohani dan badani. Pengalaman akan kematian yang menyedihkan menakutkan orang. Badan yang sangat akrab dengan waktu dan ruang hanya melihat kegelapan. Maka dimensi rohani insan manusia ini menggapai signal-signal dari Sumber Roh Kehidupan dan mendambakan keselamatan. Gerak roh seperti gerak anda didunia maya yang mungkin menjadi nyata. Gerak roh akan sangat kuasa melampaui ruang dan waktu. Harapan Keselamatan hanya akan dicapai oleh manusia dibantu oleh rohaninya menuju Sumber Rohnya, yang kekal-abadi.” ...(http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2011/11/05/waktu/)

Tulisan Della Anna diberikan sebagai tanggapan untuk tulisan saya tentunya untuk kalimat tercetak tebal diatas: Pengalaman akan kematian yang menyedihkan menakutkan orang.

Sebenarnya saya sependapat dengan kalimat Della Anna tentang kematian itu. Namun saya dengan kalimat saya itu sedang mau bicara tentang “pembedaan” bukan pemisahan antara “yang badani” dan “yang rohani”.

Melihat dimensi badani saja itulah kita dapat memaklumi kesedihan terhadap kematian, gambaran tentang kerusakan bahkan pembusukan yang badani dari tubuh manusia mati. Orang seperti Della Anna, itu pasti bukan dia seorang, dapat berkata : “Kematian bukan untuk di takuti, tetapi di sambut dengan gembira, karena merupakan satuan proses kehidupan kita”. Itu hanya orang yang utuh jiwa raganya sebagai insane beriman. ‘Beriman’ saya tulis disana dengan : “Maka dimensi rohani insan manusia ini menggapai signal-signal dari Sumber Roh Kehidupan dan mendambakan keselamatan.” Dan : “Harapan Keselamatan hanya akan dicapai oleh manusia dibantu oleh rohaninya menuju Sumber Rohnya, yang kekal-abadi.”

Sebenarnya yang belum saya tulis disana adalah fakta bulan “Nopember” dalam kaitannya dengan Kematian. Biarlah kematian tetap menjadi misteri iman kita masing-masing. Untuk yang ritual saja tak ada salahnya menginformasikan bahwa bulan Nopember adalah bulan terakhir sebelum masuk tahun baru tahun peribadatan. Tahun ibadat (liturgia) dimulai dengan Natal dan sebulan persiapannya. Pada akhir tahun bulan terakhir untuk peduli dan menyadari kebersamaan orang katholik dengan orang yang sudah meninggal. Karena ini termasuk masalah iman maka saya menulis: “Sebenarnya yang belum saya tulis disana adalah fakta bulan “Nopember” dalam kaitannya dengan Kematian.”

Dengan postingan ini saya menegaskan saja apa yang pernah saya tulis tentang kematian atau penghujung waktu kehidupan di dunia dalam dimensi waktu zaman sekarang ini. Maaf saya belum berminat menulis tentang waktu setelahnya zaman sekarang ini.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun