Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Desa Rangkat dan Visi Misi Asah Asih Asuh

8 November 2011   16:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:54 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(bukan beri suara)

Cuaca belum menentu. Didesaku hujan telah datang, telah membasahi bumi. Tetapi kali besar dipinggir desa belum banjir. Sore ini cerah, mentari sempat tersenyum sebelum pergi beradu. Kakek Asto bertandang kerumah Kades Desa Rangkat. Seperti seringkali silaturahmi sore hari kakek mau cari camilan. Katanya siang tadi diwarung kopi, sore ini mau cari berita persiapan dan perkembanganpilkades.

Sudah diketahui segenap warga, pak Yayok tidak maju lagi. Biar ada semakin banyak yang berpartisipasi membangun desa. Pak Kadesdan ibu pernah juga sepintas membahas bersama Mas Rizal dan pak Jehato tentang perkembangan perpolitikan di kawasan Siana dan NKRI.

Mereka tahu saja berita terbaru. Bahkan kemarin Pak Kades diperingatkan bahwa gaji Rp.10 juta kebawah cuma boleh punya kartu kredit dari dua bank, bila lebih BI minta supaya segera ditutup. Juga mereka bicara soal tingkat pendidikan masyarakat NKRI di tahun 2011 menurun dibanding tahun 2010. Banyak masyarakat NKRI yang putus sekolah dan tidak bisa melanjutkan sekolah hingga perguruan tinggi.

Sementara dikabarkan kegalauan terjadi di kawasan Siana akibat silang pendapat antar kelompok. Ada saja lontaran kritik saling dirasa meruncing. Seperti pernah terjadi dahulu debat agama, kini ada debat sastra. Dan selalu saja ada yang merasa tersudut. Lalu ada pembelaan, lalu ada kata dan ungkapan dirasa tajam.

Desa Rangkat, tentulah sebaiknya tidak terbawa arus. Sebab disana Diskusi Elok Sarat Asah-asih-asuh dalam merangkai kata.

Desa itu biarpun akan ada pilkades harus tetap DESA. Jangan diubah jadi Kecamatan, atau bahkan daerah istimewa. Bahkan bila benar sudah disiapkan sebuah AD/ART. Pilkades tetap pilkades bukan pilkada bukan pilpres. Desa Rangkat tetap utuh. Sebab jangan nanti melanggar niat awal membangun DESA Rangkat. Diubah sama dengan dibubarkan.

Sependengar penulis Kakek akan memilih siapapun yang termuda. Lima yang lain bersama mantan Kades dan mantan Bukades dilembagakan menjadi TUA-TUA Desa / Sesepuh Desa.

Tua-tua Desa harus menjadi penjaga Visi Misi, Kades dan staf menjadi eksekutip. Tua-tua Desa bukan sekedar penghargaan atau anggota kehormatan, tetapi menampung aspirasi warga yang mengharap kearifan dan kebesaran mereka masing-masing. Enam warga pilihan tak akan ada satupun yang tersingkir. Dan staf kemudian diangkat, dengan demikian terjadi lagi rekrutmen seluas mungkin potensi untuk partisipasi.

Terjadilah kehendak warga. Sebaik-baik pendapat seorang pasti lebih baik hasil kesepakatan seluruh warga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun