Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Waktu

5 November 2011   16:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:01 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir Pekan Biru=

(contoh tulisan instant)

Sabtu Pagi ini benakku diisi oleh puisi-puisi Pak Thamrin Dahlan, Rekan Jansori Andesta dan Dwi Andari. Itu semua langsung atau tidak langsung bicara soal waktu. Pak Thamrin menulis dengan judul ‘Melipat waktu’ , Sdri Dwi Andari berpuisi dengan judul ‘Penghujung hari’ , dan Jansori bersaksi tentang sejarah yang takkan mundur dan henti.

Menerawang ke belakang ada dua jenis waktu dan peristiwa yang kuat mengesan padaku. Yaitu saat-saat penantian, dan saat-saat setelah mengambil keputusan definitip. Saat susah dan sedih rupanya mudah saya lupakan. Semangat dan optimisme membuat cerah hidup dengan harapan sekecil manapun pada awalnya.

Penantian-penantian yang tidak saya lupakan seperti penantian pertemuan pertama dengan gadis pilihan calon ibunya anak-anak. Penantian yang kedua dan ketiga adalah penantian kelahiran dua orang anak-anak itu, di rumah sakit….. Demikian pula waktu-waktu sesudah keputusan penting dalam hidup dijatuhkan. Saat memilih hidup berkeluarga, saat memilih lapangan kerja baru. Saat-saat itu rupanya memberi kesan tersendiri.

Pagi tadi aku menulis dilaman pak Thamrin sebagai komentar, (sebagian saja) sebagai berikut: “…kegalauan eksistensial merambah kesetiap insan manusia yang menjamah dimensi waktu…” Pak Thamrin menjawab: Pak Astoko,
waktu adalah perasaan .salam hangat.” 1)

Rekan Jansori Andesta menghardik Pendebat dan mempertahankan haknya dalam keterlibatannya dalam “Sejarah” hidupnya. “karena sejarah memang telah memilih - tak akan mudur atau berhenti - walau tangis dan darah- terus membayangi”. Tulisnya. 2)

Rekan Dwi Andari berbagi perasaannya tentang saat atau waktu dengan titik-titik ‘akhir’, dengan penuh harapan, tulisnya : “Dipenghujung hari ini - Aku berharap - Benar-benar berharap. Tuhan kan mengambil rasa ini dari hidupku - agar tak ada lagi dendam luka dalam jiwa lusuhku. ---Dipenghujung hari ini - Aku berharap - Benar-benar berharap…” 3)

Waktu adalah suatu dimensi. Waktu adalah sisi, sejenis skala, atau suatu wajah dari setiap kenyataan. Dalam peritiwa yang diberitakan dalam kalimat waktu adalah keterangan tambahan (adverbium). Waktu adalah kesinambungan detik-detik selama proses, perbuatan atau keadaan terjadi, berlangsung. Lama waktu berlangsungnya kejadian dan proses, dibatasi oleh awal dan akhir, yang ditandai dua buah keadaan/kejadian,

Maka bisa dipahami ungkapan Pak Thamrin Dahlan bahwa Waktu baginya ya perasaannya itu sendiri. Demikian juga jika orang bilang seperti Jansori bahwa dirinya itulah sejarahnya. Dan ada waktu ada penghujungnya. Untuk melewati waktu memang diperlukan harapan, Sebab tanpa harapan manusia ini layak dan seharusnya berhenti menjalani mengarungi waktu. Demikian diungkapkan Dwi Andari. Dan aku rasakan setiap kali mengarungi medan penantian : cemas-cemas harap.

Merenungi realita dimensi waktu Dwi Andari “benar-benar berharap” “Tuhan menggambil rasa dari hidupku” di penghujung waktu, dan pak Thamrin :’ ingin kulenyapkan sejarah kelabu, ingin kuhilangkan deritaku ‘dipenghujung lipatan waktu.

Itu adalah tangis-tangis yang dari lubuh hati didasar perasaan.

Itulah yang kusebut : kegalauan eksistensial, yang merambah kesetiap insan manusia yang menjamah dimensi waktu…”

Manusia bisa dirasakan berdimensi rohani dan badani. Pengalaman akan kematian yang menyedihkan menakutkan orang. Badan yang sangat akrab dengan waktu dan ruang hanya melihat kegelapan. Maka dimensi rohani insan manusia ini menggapai signal-signal dari Sumber Roh Kehidupan dan mendambakan keselamatan. Gerak roh seperti gerak anda didunia maya yang mungkin menjadi nyata. Gerak roh akan sangat kuasa melampaui ruang dan waktu. Harapan Keselamatan hanya akan dicapai oleh manusia dibantu oleh rohaninya menuju Sumber Rohnya, yang kekal abadi.

1)lihat : Thamrin Dahlan :http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2011/11/04/melipat-waktu/

2) lihat :Jansori Andesta : http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2011/11/05/kepada-pendebat/

3)lihat :Dwi Andari :http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2011/11/04/penghujung-hari/

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun