Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Energi Kehidupam: Hari Ini

18 April 2011   05:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:41 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Prosa terbata-bata mau cerita tentang kakek tua. Kakek tua hari ini ulang tahun, genap angka tujuhpuluh. Masih dibawah rata-rata harapan hidup di daerahnya.

Pagi-pagi biasa jam lima terjaga. Dengan komat kami berdoa, terseok-seok berjalan keluar menghirup udara segar.

Doanya sepatah sepatah: “Pagi yang indah. Puji Syukur bagiMu Allahku. Puji Syukur untuk ayahku, Puji Syukur untuk ibuku. Kuhirup udara pagi, kuserap dalam paruku, energi kehidupan. Kubuang nafas kuhempas racun-racun kehidupan.”

Spontan memori melepas ingatan, tujuh puluh tahun lalu napas ini menjadi penantian. Hampir bersamaan tangisku pertama menyusul napasku pertama. Ibunda bersama penolong persalinan, melepas pula nafas kelegaan. Puji Tuhan, Puji Tuhan, Puji Tuhan.

Saat ini pula senyum itu terramu dengan air mata keharuan mengiringi senam paginya. “Doaku ya Tuhanku, untuk semua mereka yang telah mengantar hamba hingga ini hari. Orang-orang jahatpun Kauarahkan membantu kehidupanku. Orang-orang baik bermurah hati pada hamba. Keramahan kawan dan taulan menemani kepergian ziarahku menghadapMu.Puji Syukur, Puji Syukur, Puji Syukur, semuanya menyumbang energi kehidupan ini sampai hari ini.Sebab mereka memberi napas bagiku.”

Kakek tua masih mempunyai dua orang saudara kandung. Mereka yang pertama menyapa di hari ini. Hallo, masih hidup kau? Masih bisa menjawab anda. Hallo, masih sehat kau? Masih, baru lepas dari gangguan cuaca, flu batuk berlomba dengan isteri. Kemana saja acara hari ini? Mau membersihkan makam nenek, ayah bunda, dan saudara- saudara kita. Bagus jangan terlalu memaksa diri. Ingat sudah tua. --Terima kasih salam untuk anak-anak, junda.

Kopi pagi bersama nenek tua tercinta, kakek menerima ciuman isteri tersayang. “Ini anak-anak kirim kado, coba dibuka……” Anak-anak apa siapa kok tahu aku perlu ini itu?? Kakek bahagia bersama nenek tercinta, sementara anak dan cucu semua di Jakarta. Kakek nenek kalau rindu mereka cuma dikirim foto lewat facebook……

Nah ini saatnya salam dan terima kasih pada anda. Kakek kirim salam buat anda, teman rekan, kawan dan taulan, yang kakak, adik, anak, cucu-cucu, ketemu lewat kendaraan maya ini. Salam dan doaku……

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun