Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kemiskinan

29 September 2010   07:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:52 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau saya menulis "berbagi penghayatan akan kemiskinan" , saya kira banyak teman tersenyum. Saya membuka Google begitu banyak tulisan tetang kemelaratan dan kemiskinan. Saya menghitung postingan para yang terhormat teman Kompasioner tentang kemelaratan rakyat, masih dikaitkan fakta lain semisal petani, kunjungan dpr keluar negeri, dsb, bukan main juga.

Maka lebih tegas dipertanyakan lagi, "bagaimana anda menghayati kemiskinan?" Dapatkah anda menghayatinya sementara belum pernah merasakannya? Sedikit perlu ditegaskan : ada istilah "miskin" dan "melarat". Nampaknya bila tidak dikaitkan dengan kata lain, keduanya sama saja, suka pilih yang mana. Namun dari beberapa pemakaian cenderung "kemelaratan" dan/atau melarat itu adalah kondisi tidak punya harta sehingga memang tidak berdaya. Sementara "miskin" adalah kondisi tidak cukup memiliki apa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan.

Miskin pada umumnya tidak cukup memiliki sarana memenuhi kebutuhan, Miskin pengetahuan boleh disebut bodoh. Miskin pengalaman mungkin karena masih muda atau kurang mau cari pengalaman, sehingga kurang mampu menanggapi situasi. Miskin hati adalah kondisi tidak cukup memiliki hati yang mampu menangkap perasaam orang lain.

Kondisi dasar ini memang sangat berpengaruh pada pengambilan keputusan dan perilaku seseorang. Tetapi kondisi lingkungan, kondisi ekonomi, kondisi psikologis sesaat, kondisi kedepan yaitu kepentingan, lebih banyak memberi pertimbangan sehingga seseorang memilih ini lebih dari itu.

Nah sampai disini mungkin menjadi jelas rakyat melarat, mengapa dpr pergi keluar negeri dan pejabat suka korupsi. Rupanya mereka ini ikut jatuh miskin tapi miskin hati.

Padahal ada catatan lain katanya , bahwa kemiskinan adalah keburukan sebab :

1. Kemiskinan itu merendahkan harkat manusia

2. Kemiskinan itu membuat orang menjadi beban orang lain. Ada ketergantungan.

3. Orang miskin sulit menolong orang miskin.

Nalo, ketika kita mengkaji tiga criteria diatas, lalu macam apa gambaran orang miskin hati. Coba saja: no. 3: mana mungkin orang miskin hati mampu menolong orang lain. Ketika dia nampaknya menolong dia sebenarnya sedang bertransaksi antara pertolongan dia dengan kepentingannya sendiri. Sub no 2.: kemiskinan hati anggota drp itu menjadi beban pemikiran banyak rakyat, komentar seperti hujan badai, belum lagi dia memakai uang dari rakyat. Wau, sub no 1 : Jangan hitung-hitung tentang harkat dan martabat manusianya. Tetap saja menyandang sebutan Yth. Wakil Rakyat.

Lain lagi ceritanya. Orang Nasrani konon dari abad pertama sampai abad 15, banyak orang dan kelompok yang memilih hidup miskin karena mau mengikuti nasehat Injil. Apabila dipelajari secara mendalam latar belakang keluarga Yesus pun berasal dari kelompok melarat yang mengharap pembebasan dari Tuhan. Kelompok itu berbeda dengan kelompok lain yang mengharapkan pahlawan yang akan membebaskan bangsanya dari penjajah Romawi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun