Dua kata yang sering ditemui berpasangan : Kesan dan Pesan. Misalnya di buku tamu dipelayanan tamu hotel, tempat wisata, museum, bahkan lembaga seperti panti asuhan, dsb. Tersaji buku khusus yang mungkin ada kolom tanggal/bulan, nama, alamat, kepentingan kunjungan, dilanjutkan Kesan dan Pesan, dan kolom terakhir anda harus tanda tangan. Jelas maksudnya anda diminta menuliskan “Kesan” yang anda dapat dari kunjungan anda dan anda diminta “Pesan” anda untuk lembaga itu.
Dalam kerangka tulis menulis Kompasiana misalnya. Penulis “dibantu/difasilitasi” Kompasiana “membuat” “menyajikan” suatu kasus/peristiwa/hal disampaikan kepada pembaca. Pembaca menangkap kesan (yang diciptakan oleh Penulis) dari hal/peristiwa/kasus yang memberi bahan yang meng(k)esan(kan). Pembaca diminta memberi nilai, dan memberi komentar. Penilaian itu tertuju kepada tulisan ya isinya, substansinya, ya penampilan kemasan, dan pesan yang tertulis maupun tersirat. Pembaca atau penilai itu pada dasarnya memberi catatan kesan maupun pesan.
Dari kerangka Tulis menulis di Kompasiana itu ada butir-butir : Penulis, Materi, Media, Tehnik, penyampaian informasi “Pesan”/thema dan memberi pengaruh “kesan” /gambaran /makna. Dilanjutkan oleh Pembaca menangkap pesan, menangkap kesan, memberi pesan balik dalam penilaian dan komentar.
Untuk sementara Kesan dan Pesan nampak ada dalam kerangka proses komunikasi dua arah. Komunikasi dari pihak pertama komunikator kepada pihak komunikan atau penerima. Dan ada jawaban sesuai harapan. Ada sarana atau media, alat penyampai. Ada tehnik, seni, skill penyampaian. Ada substansi, materi, peristiwa, perihal, dan makna serta nilai nilai. Dihutan pengertian ini ada suasana jiwa suasana gerak yang memberi warna tersendiri. Suasana “modus” ini memberi pengaruh tersendiri pada proses. Dalam rimba ini silahkan meletakkan posisi Kesan dan Pesan.
Pada dasarnya dalam komunikasi itu yang terpenting adalah disampaikannya “Pesan” (infomasi, fakta. Data) disertai Pengaruh yang membawa Kondisi terpengaruh dan “Terkesan”. Jadi Penulis, Seniman, Informan dengan sengaja membuat sajian “Pesan” dan karenanya bertanggung jawab, bermaksud demikian. Sementara itu dia hanya bisa berharap adanya kondisi penerima untuk menerima kesan yang diharapkan.
Jadi Kesan adalah kondisi (yang diharapkan ada pada penerima) atau buah Pengaruh dari keseluruhan informasi dan teknik penyampaian informasi bagi penerima. Sementara Pesan informasi atau hal pokok yang dikirim, disampaikan bersama semua hal yang terkemas kepada pihak penerima langsung atau tidak langsung. Penerima tidak bisa bertanggungjawab sepenuhnya tentang apa yang diterima, Pemberilah yang bertanggung jawab.
Pembelajaran yang bisa diambil :
1.Kesan dan Pesan sering digeser-balikkan karena Kesan dan Pesan ada ditengah kancah komunikasi komunikator dan komunikantes
2.Komunikasi yang sangat istimewa terjadi pada Proses Penyampaian Pesan dan Kesan yang diharapkan ada pada proses seni (tari, suara, pahat, lukis, tulis) proses penyampaian pesan agama, penyampaian pesan moral, sebab masing masing memerlukan semacam keahlian yang dimiliki dan dihidupi secara konsekwen agar mutu profesi dan komunikasinyapun barmakna dan bermutu.
3.Pesan dan Kesan akan synkron serasi. Sebab bila tidak komunikasi dan profesi itu sendiri tidak akan seperti umum mengharapkan. Jangan penyampai pesan Allah dan ajaran moral disampaikan oleh pihak yan memberi kesan bertentangan misalnya sebagai koruptor atau pembela ketidak adilan dst.
4.Peristiwa/hal yang dihayati, dirasakan sendiri oleh penyampai akan memberi kesan kuat akan kebenaran materi yang disampaikan.
Semoga para penyampai pesan apapun menyampaikan seperti oleh sang pencipta karya pesan seni atau sabda kedamaian itu sendiri.
Salamku hormatku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H