Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kridaning Ati Ora Bisa mBedah Kuthaning Pesthi

1 Maret 2014   01:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:21 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

(catatan untuk rekan lansia dan rekan muda)

Senang berbagi dan ingin berbincang tentang hal yang ringan mudah dan bermanfaat. Judul juga diambil dari buah budaya yang tempo-doeloe setiap hari dimulut orang pedesaan. Didalam tembang, parikan, dan ucapan keseharian bukan dimimbar perkuliahan fakultas social-budaya.

Bila saya sering memetik ungkapan moral filosofis tradisi bangsa, bukan saya penganut agama atau filosofi kejawen. Saya hanya ingin menyampaikan kenyataan bahwa tempo-doeloe anak-anak bangsa menerima ajaran moral dan budi pekerti melalui media yang keseharian. Sementara diera teknologi komunikasi ini tahukah apa yang anak-anak penerus bangsa ini peroleh dari internet???

Selain yang pernah saya pakai dibeberapa tulisan saya kali ini saya ambil ini : Kridaning Ati Ora Bisa mBedah Kuthaning Pesthi. Artinya secara bebas diterjemahkan : Apapun Upaya Manusia tak mampu melawan benteng kota Takdir.(Kematian) Orang Jawa percaya Takdir itu meliputi : Siji Pesthi, loro jodo, telu Wahyu, papat kodrat, limo Bondho. Yaitu kematian, perjodohan, jabatan kehormatan dan kekayaan. Ungkapan itu jangan dilanjutkan dengan pandangan “Pasrah Ngalah” menunggu nasib. Tetapi Takdir bahkan Rahmat dan kasih Allah pun biasanya “mengandaikan” telah adanya hukum alam ciptaanNya pula. Apalagi harkat dan martabat manusia yang diatas flora fauna dan bebatuan isi bumi ini biasanya dilibatkan didalam KaryaNya dibumi ini pula. Dan itu yang akan saya buktikan dengan memaparkan pengalaman dan penghayatan dalam hidup saya. Hidup mengikuti dan hanyut dalam alur Kehendak Takdir dengan penuh syukur, perjuangan dan upaya diri. Secara keseluruhan mewujutkan Fokus Target dan Hidup Mengerucut.

1.Kondisi kini : Pada Ambang Dinding Usiaku.

Siapa yang diberi tahu batas usianya, Siapa yang pasti memahami saat-saat akhir hayat kita. Tetapi seperti kereta api. Pelan pelan kalau mau berhenti. Manusia merasa ada tanda tanda seperti melihat pratanda , seperti bisa meraba ambang usia.Begitu itu seperti alam semesta, ada pagi ada senja. Manusia mengalami mata rabun telinga kurang peka. Pudar memori pudar perasa. Karibnya asam urat. temannya diabetes tensi tinggi, mungkin dilewati stroke kanan kiri. Kelewat biasa masuk angin sana sini.Namun Sebaiknyalah kita bersyukur, syukur masih diperpanjang umur, bisa bertemu silaturahmi dengan anda. Rasa syukur dan berupaya itu dinampakkan pada semangat berbagi dan belajar sampai maut mengundang saya. Maka Syukur ini kutulis untuk anda, bukan pesan bukan pelajaran. Cuma catatan pelaku peristiwa. Sebab Hidup ini tulisan saksi zaman. Sudah kutulis ini dalam puisi di Yogyakarta, 12September 2012. lihat : (http://fiksi.kompasiana.com/puisi/ 2012/09/12/ambang-dinding-usia-492683.html)

2.Berbagi pada Sesama Lansia.

Setelah selesai menghadapi krisis dan kerawanan masa kejenuhan usia pernikahan pada tahun ke 20-25, seperti dilukiskan oleh rekan Ay.Mahening :http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/02/06/rawankah-usia-pernikahan-yang-ke-25--631555.html, saya rasa ada hambatan berikutnya. Yaitu menuntaskan semua sisa kewajiban social ekonomis, dan kemasyarakatan untuk: Mengabdi dalam kesederhanaan. Dan Hidup mengerucut dalam Syukur. Pengabdian dalam kesederhanaan adalah sikap legawa membuka jalan bagi generasi berikut disemua lini pengabdian. Akan tetapi semangat tersisa untuk siap sewaktu masih kembali dibutuhkan. Memilih kegiatan belajar (membaca) dan merefleksi dan membagi (menulis). Untuk pilihan itu saya bersyukur dengan pengalaman jatuh bangun membangun keluarga, 15 tahun hidup didunia usaha, 15 tahun didunia politik dan 15 tahun lebih di sebuah LSM.ekonomi pedesaan. Dengan tiga jenis bidang kerja itu serasa ada tiga fakultas dimasuki yang membuat diri ini siap untuk terus belajar dan belajar tanpa kesudahan. Tiap pagi barang sejam berdoa dan refleksi sederhana. Setiap kali disadarkan sedemikian jauh sudah campur tangan Tuhan dalam kehidupan keluarga saya. Saya beradagio: Bila Tuhan mengizinkan semua akan ada jalan. Setelah jelas ada jalan, upayakan. Maka sekarang saya pun boleh setiap hari duduk didepan keyboard computer untuk bacaaaa dan menulis. Memelihara dan menyiram pot bunga, membantu isteri dengan pekerjaan rumah menjadi olahraga yang sehat. Sesekali menerima undangan berdoa berrefleksi bersama dengan dua tiga komunitas gerejani, rapat RT serta teman pergaulan yang lain. Itulah yang saya sebut pengabdian dalam kesederhanaan. Dan itu jalan untuk mengerucut, sedikit demi sedikit meninggalkan segalanya mencari pusat dan puncak tujuan, Sangkan dan Paraning dumadi,yaitu Dia Tujuan Hidup kita.

3.Catatan bagi Rekan-rekan Muda.

Dari pengalaman saya beberapa rekan yang pernah bertanya mengakui berhasil dengan sebuah kata kunci sederhana ini : Fokus dengan Target. Bekerja bahkan belajar dilembaga pendidikan pun buatlah jadwal dan target kerja. Selanjutnya pusatkan perhatian pada target-target yang telah dijadwalkan. Fokuskan semua sarana prasana untuk target.

Sementara itu untuk semua saya menegaskan : Belajar tanpa akhir. Dalam kesempatan lain pernah saya tulis : “Belajar dengan hati yang berbunga-bunga” :

Bunga hati pertama : Learning by Doing dan do always the best.

Bunga hati kedua : Sadar dan coba tahu betul tugas dan peran yang disandang

Bunga hati ketiga: Rendah hati, tahan direndahkan, mampu dihandalkan.

Bunga hati keempat  : Tabah tegar pasti selalu sabar mencari tahu

Bunga hati kelima : Punya impian dan terus bermimpi… (gila!)

(http://fiksi.kompasiana.com/cermin/2012/10/12/impian-akung-menjadi-penulis-lansia-501139.html)

Demikian sedikit catatan dari yang pernah saya upayakan kejar, coba realisasikan. Meskipun tidak selalu konsisten. Tetapi mungkin bisa dijadikan cermin. Sebab bagi saya sebagian besar sudah dimasa lalu. Salam Sejahtera.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun