Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Relasi Hati Dosen-Mahasiswa Penulis-Pembaca

21 November 2014   18:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:12 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zulfikar Akbar. Muarakarang · (kompasianer mulai 17/09/09) di Fb menulis : “Teman berharga bagiku bukan karena berapa harga rumahnya, harga mobilnya, dan harga apa saja di tubuhnya. Tapi seberapa berharga pikirannya dan apa-apa yang dikerjakannya - #

Dzulfikar kompasianer sejak 2010: disini menulishttp://lifestyle.kompasiana.com /catatan/2014/11/21/memelihara-impian-merajut-kehidupan-melalui-tulisan-687755.html.Saya memberi komentar singkat : buah komunikasi dan pertemanan yang tulus”.Penulis menjawab : “berkah rezeki karena selalu bersilaturrah”.

Isteri saya sangat sering memarahi saya karena saya lupa nama seseorang yang mengenal baik diri saya. Saya sadar bahwa kelupaan saya itu dapat dinilai sebagai kurangnya perhatian saya pada orang yang terlupakan itu. Sebab bisa jadi orang itu menjadi tersinggung manakala tahu namanya saya lupakan.

Kembali saya teringat almarhum guru pendamping saya ditahun 1955, pada tahun 2000 mengingat nama anak saya sekaligus diingat sebagai anak saya muridnya dikala itu. Guru saya yang ini memang mempunyai niat dan upaya mengingat “semua” orang yang dilayaninya dengan membuat catatan pribadi-pribadi klientnya semua. Dicatat dan “dihafalkan” dan memang banyak hafalnya. Itulah bentuk penghargaan dari dia terhadap sesamanya itu.

Berhubung saya pernah 11 tahun hidup di asrama pendidikan ada catatan-catatan saya tentang relasi guru/dosen dengan siswanya. Sangat tidak asing bahwa ada dosen/guru yang menjadi dosen/guru favorit, ada pula yang dibenci anak didiknya. Ada lagi pula menurut banyak teman-teman “siswa kesayangan” dari dosen/guru tertentu. Demikian manusiawi menurut saya. Tetapi tentu pantas dipertanyakan apa dampaknya bagi komunitas yang ada.

Kedekatan hubungan diantara pendidik dan anak didik bisa sangat mempengaruhi semangat belajar, kekompakan antar mereka dalam komunitasnya untuk pelbagai prestasi. Saya ingat ketika di SD klas 5 datang seorang guru baru dari hasil pendidikan Sekolah Guru Atas favorit di daerah, dengan gaya pendekatan baru bagi remaja saat itu. Guru itu sungguh disukai semua muridnya. Dan klas kami selalu meraih prestasi baik nilai2 raport maupun prestasi olah raga.

Kedekatan yang berlebihan dikhawatirkan menjadi peluang pedophilia atan relasi antar jenis yang tidak pada tempatnya.

Tetapi kedekatan yang umum yang nampak terbuka tentu sehat sehat sajalah. Hal itu saya alami fenomena manakala ada kesempatan istimewa sekolah berhariraya menyelenggarakan pentas siswa. Ada disana diantaranya Pentas humor menyindir perilaku dosen/guru dengan memberi kritik positif atau pesan tertentu, merupakan fenomena yang segar dan sehat membangun keakraban normal.

Kita juga dapat meninjau relasi Penulis dan Pembaca di Kompasiana. Kompasiana sebagai wahana sharing and connecting menampakkan diri sebagai wadah dimana warga menjalin komunikasi sehingga ada relasi berkesinambungan dan bebas. Bahkan pernah ada pengakuan Kompasiana sebagai tempat belajar. Maka langsung saja dikatakan ada penulis tetap ada pembaca tetap yang saling membangun relasi saling menjadi guru sekaligus murid lewat tulis menulis.

Relasi yang ada seperti itu boleh dinilai sejauh mana kedekatannya dan apa buahnya. Kedekatan yang bebas ditentukan oleh hasrat pilihan dan selera setiap warga masing-masing memberi warna yang segar enak bebas dan bertanggungjawab. Oleh karena itu buah yang dipetik juga sangat-sangat beraneka ragam dan dalam intensitas sangat penuh varasi dan nuansa.

Sayang apabila rekan penulis – pembaca belum bisa menikmati buah apapun dalam berkompasiana. Diperlukan kejelian dan kreativitas. Mungkin mengikuti kopdar atau nangkring bersama dapat membantu intensifikasi keakraban. Mungkin pula dengan menjalin pertemanan melalui facebook / twitter atao block lain membantu menemukan inspirasi dan peluang untuk memetik buah yang diharapkan.

Saya sendiri dalam men : Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat, dengan santai dan terus berkarya, terbuka berrelasi hati kepada siapa saja.

Pembaca yang budiman, Salamku hormatku.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun