Sebelum ke pembahasan tentang perselingkuhan itu karakter atau bukan, perlu diingatkan bahwa disini tidak ada penghakiman soal selingkuh itu baik atau buruk, sebab setiap orang punya penilaian tersendiri soal itu. Namun, kita akan membahas soal selingkuh itu bisa dibentuk melalui apa sih? Â maka kita lihat jawaban dari instastory yang aku buat. Tulisan ini hanya menggambarkan hasil survey instastory yang tidak bisa dibenarkan seluruhnya.
Ini berawal dari sebuah survey yang aku lakukan tentang "pasangan yang friendly berpotensi selingkuh atau tidak ?". Karena menurut seseorang itu terlalu intimidatif ,karena perselingkuhan bisa terjadi akibat faktor lain, maka dibuatlah sebuah suvey kecil di instastory ig tentang bagaimana perselingkuhan dapat terjadi.
Dari hasil tanya jawab di story instagram seputar perselingkuhan, ternyata yang mengisi selingkuh lebih sedikit dibandingkan dengan yang ga pernah ngerasain selingkuh. Berarti masih banyak orang yang memang setia sama pasangannya, dan bertahan sama satu pasangan. Eitsss tapi yang menarik adalah bukan mana yang banyak atau enggak nih, tapi pertanyaan selanjutnya yang jadi titik point pembahasan. Yapss karena faktor lingkungan dan karakter yang bakal kita bahas, walaupun hasil pertanyaan yang di story ga  bisa nunjukin keseluruhan kejadian tapi masih bisa menggambarkan kondisi lingkunganku sendiri.
Walau dalam hasil survey di instastory hanya 38% yang pernah selingkuh ,tapi ternyata  64% teman mereka tau tentang perselingkuhannya dan 80% temen mereka juga pernah melakukan perselingkuhan. Nah faktor lingkungan sangat mempengaruhi dalam perselingkuhan. Normalisasi perselingkuhan yang terjadi membuat seseorang menganggap perselingkuhan itu dianggap biasa. Namun, ketika menjadi sebuah kebiasaan yang terjadi itu akan menjadi sebuah karakter ke depannya. Kalian pernah denger ga sih kata-kata "Bisa karena biasa" ? kata-kata itu seolah menyiratkan tentang bagaimana sesuatu yang dilakukan berulang-ulang dapat merubah menjadi suatu  kebiasaan.
Kalo dalam teori pendidikan kelebihan manusia bisa dikategorikan menjadi beberapa kategori, yaitu Teori nature (Bawaan lahir), Teori Lingkungan (berdasarkan pengalaman) dan Teori Konvergensi (gabungan antara bawaan dan pengalaman).Â
Kalo kita ambil dari tiga teori yang ada, maka teori konvergensi mungkin lebih cocok menggambarkan soal perselingkuhan yang memang bisa saja terjadi karena dorongan lingkungan yang terbiasa dengan kondisi sperti itu, lalu  dirinya beranggapan bahwa selingkuh itu biasa. Beda jika dengan orang yang memang berada dilingkungan yang menganggap selingkuh itu tidak biasa, disebut penghianatan maka yang terjadi bahwa dirinya akan menolak perselingkuhan. Tapi bisa dilakukan diam-diam sihh, karena itu sebuah privasi kadang temen pun ga bisa berbuat apa-apa.
Manusia punya panca indra yang dapat mengolah informasi sedemikian rupa ke otak, termasuk indra pendengaran dan penglihatan. Jika indra audio visual digabungkan dalam mencerna suatu materi, maka akan lebih cepat ditangkap dibandingkan jika hanya menggunakan salah satu saja. Seperti menonton film, banyak anak-anak mudah sekali menangkap cerita yang diputar melalui film dibandingkan dengan cerita lisan. Karena film menggunakan dua indra yaitu audio dan visual secara bersamaan sehingga dua indra bekerja dalam memahami cerita. Sedangkan dengan lisan anak mencerna hanya dengan indra pendengaran saja.
Perselingkuhan bisa terjadi karena orang itu sudah terbiasa melihat dan mendengar oranglain berselingkuh sehingga menganggap hal itu sangat wajar, atau merasa benar karena tidak ditegur dan merasa superior. Dan akhirnya ia bisa mencoba untuk melakukan hal yang sama karena tidak ada yang menyalahkan atas perbuatannya sehingga menjadi suatu karakter nantinya.
Namun, jika melihat hasil survey terkait pasangan friendly maka perselingkuhan terjadi karena faktor kealamian dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan. Karena sesuatu yang memang sudah ada dalam dirinya lalu melalui dorongan lingkungan yang akhirnya menjadi suatu kebiasaan dan karakter. Karakter ga bisa tercipta dalam satu malam, ia bisa tercipta dengan berkali-kali kejadian, sehingga sulit dirubah hal ini tentu senada dengan pernyataan Lickona bahwa karakter terjadi karena kebiasaan.
Mungkin ga sih karakter bisa dirubah?