***
Ada hal lucu lainnya. Aku pernah memiliki seorang sahabat. Saking nakalnya diriku, sahabatku itu sering kubuat kesal. Misalnya saat dia menemukan pewarna makanan yang kubuang, aku mengambilnya kembali.
Anehnya, yang dibela kakakku bukannya diriku. Melainkan sahabatku. Mungkin, saat itu memang aku tidak layak untuk dibela. Aku sadari kesalahanku.
Sahabat itu langsung memberikan pewarna makanan dan memilih pulang karena kesal akan sikapku. Dia meninggalkan aku dan kakak.
***
Setelah beberapa lama sahabatku kembali mau berteman denganku. Eh, tidak lama kemudian malah terjadi perselisihan. Saat itu, aku mengambil bibit bunganya. Lalu, dia mengira akulah yang merusak bunga yang mekar di sana.
Aku pun menjelaskan kalau bukan diriku yang merusak bunga-bunga itu. Hanya memetik benih, agar ada bunga yang sama di belakang rumahku. Lalu kami kembali akrab lagi.
--
Kalau mengingat hal-hal itu. Baik hal konyol, maupun perihal nenek tidak mau menerimaku sampai aku dianggap sebagai pembawa keberuntungan, aku jadi sangat bersyukur. Tuhan tidak pernah meninggalkanku. Dia memberi ampun padaku atas semua kesalahan baik kepada sahabat, kakak, adik, orang tua maupun orang lain.
Tuhanlah yang membuat orang tuaku beruntung. Bukan aku. Siapakah aku, hingga bisa membuat mereka beruntung. Aku hanya debu dan abu.
--
Karanganyar, 7 Oktober 2023