Jika biasanya bonggol jagung dibuang dan dibakar begitu saja karena dianggap sebagai limbah, namun jika dimanfaatkan maka akan menjadi barang bernilai. Seperti yang dilakukan  oleh Astin Dwi Masithoh, mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab, Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang berhasil memodifikasi limbah bonggol jagung menjadi karya kaligrafi yang memiliki nilai seni.
Astin melihat potensi desa lokasi KKN yakni Desa Kediten, Kecamatan Plantungan, Kabupaten Kendal sebagai komoditas pertanian, salah satunya jagung. Hampir semua petani setelah panen mereka membakar bahkan membiarkan bonggol jagung di sekitar lahan begitu saja. Mengamati hal tersebut, Astin berinisiatif mengolah limbah jagung menjadi kaligrafi yang dapat dimanfaatkan sebagai dekorasi rumah.
Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam  pembuatan kaligrafi dari limbah bonggol jagung adalah; bonggol jagung yang sudah dikeringkan, kardus, pewarna, lem, dan pilox.
Setelah bonggol jagung selesai dikeringkan, kemudian bonggol jagung dipotong-potong berukuran 3 cm. Kardus dibuat pola sebagai alas dari bonggol jagung. Bonggol jagung yang telah dipotong direkatkan menggunakan lem alteco dan dirangkai sampai pola pada kardus penuh. Kaligrafi yang sudah diprint kemudian ditempel diatas susunan bonggol jagung yang sudah dirangkai. Pilox disemprot pada khat kaligrafi yang sudah dilubangi. Ditunggu sampai pilox kering dan kaligrafi dari limbah bonggol jagung sudah jadi.
Astin mengenalkan dan mengajak anak-anak Desa Kediten untuk berkreasi membuat kaligrafi dari bonggol jagung dengan harapan ke depan masyarakat mampu melihat dan memanfaatkan potensi yang dapat didayagunakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H