Mohon tunggu...
Astiella KarinaFrasta
Astiella KarinaFrasta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Hobi saya menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Makna Ramadan bagi Penarik Becak

7 Juli 2023   10:35 Diperbarui: 7 Juli 2023   10:38 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Maman (53), seorang penarik becak yang biasa mangkal di Jalan KHZ. Mustofa, Tasikmalaya, sejak tahun 2000. Dari Cikoneng, Ciamis ia mengayuh sepedanya menuju kota untuk mencari nafkah. “Saya harus menafkahi empat anak dan satu istri di rumah, apalagi di bulan Ramadan ini sahur sama buka puasa harus terpenuhi,” jelas Maman, Senin (18/04).

Ramadan adalah bulan penuh keberkahan. Begitu juga dengan Maman, ia yakin bahwa Ramadan akan memberikan rezeki. “Walaupun saya harus narik becak panas terik di bulan puasa ini, tapi saya yakin rezeki sudah diatur oleh Allah SWT. Usaha dan sabar adalah kuncinya,” kata Maman.

Setiap hari ia berpenghasilan Rp50.000 - Rp70.000 namun, saat bulan Ramadan ia dapat menghasilkan Rp100.000 lebih perharinya. “Mungkin karena orang-orang capek jalan kaki dan panas, jadi mereka memilih buat naik becak,” kata Maman. Selain itu, masyarakat juga bisa berkeliling menggunakan becak dengan angin sepoy-sepoy menjelang buka puasa. “Kadang penumpang juga sengaja naik becak buat jalan-jalan keliling tasik, sambil ngabuburit,” jelas Maman.

Dimulai pukul 09.00 - 20.00 WIB Maman melakukan pekerjaannya. “Kalau buka puasa sih biasanya saya diluar rumah bareng temen-temen yang lain, karena saya harus narik lagi di waktu jam malam,” jelas Maman. Nasib sang anak dan istri tentunya sudah Maman pikirkan. Ia sudah memberikan uang hasil narik becak kemarin untuk berbuka puasa.

Walaupun lelah, Maman tidak pernah membatalkan puasanya. “Ya yang namanya usaha pasti ada capeknya, yang penting enjoy. Jangan jadikan itu beban,” kata Maman. Sebagai seorang penarik becak, Maman tidak pernah merasa terbebani walaupun ia harus menahan lapar dan haus.

“Harapan saya sih semoga selamat dimanapun saya berada, dan semoga pada bulan Ramadan ini saya dapat membelikan keempat anak saya baju lebaran,” kata Maman.

Seiring dengan berjalannya waktu, Maman tentu tidak akan sekuat dulu saat narik becak. Ia mengganti becaknya menjadi bemo (becak motor). “Sekarang kalah sama ojek online, makanya saya ganti pakai bemo,” kata Maman.

Bemo Tasikmalaya

Becak merupakan transportasi umum beroda tiga dengan kapasitas dua orang penumpang dan satu orang pengemudi. Becak di Tasikmalaya, salah satu transportasi umum yang paling lama dan bertahan hingga sekarang bahkan pada zaman kolonial Belanda pun becak ini sudah ada.

Bahkan, becak sendiri pernah menjadi iconic Kota Tasikmalaya karena di kota-kota lainnya jarang ditemukan. “Walaupun ga sebanyak dulu, Tapi saya ingin becak tetap ada dan juga diperhatikan oleh pemerintah,” kata Maman.

Namun, seiring dengan canggihnya teknologi, akhirnya banyak transportasi umum yang menggunakan mesin. Dengan begitu, becak di Tasikmalaya bermodifikasi menjadi bemo (becak motor). Becak motor ini juga tidak menguras banyak tenaga seperti becak manual lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun