Mohon tunggu...
Aster Vabellarosy
Aster Vabellarosy Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Brawijaya Jurusan Pariwisata

Saya adalah seorang individu yang penuh semangat dan tekun dalam mengejar tujuan hidup. Saya selalu berusaha untuk menjadi seseorang yang berkontribusi positif dalam setiap aspek kehidupan. Pendidikan selalu menjadi prioritas bagi saya, dan saya selalu mencari peluang untuk belajar hal-hal baru. Saya memiliki latar belakang dalam bidang teknologi informasi dan senang menghadapi tantangan-tantangan teknis. Selain itu, saya juga percaya bahwa komunikasi yang efektif adalah kunci kesuksesan, dan saya selalu berusaha untuk meningkatkan keterampilan komunikasi saya. Saya senang bekerja dalam tim dan merasa bahwa kolaborasi adalah cara terbaik untuk mencapai tujuan bersama. Saya berharap dapat terus tumbuh dan berkembang sebagai individu yang berarti bagi diri sendiri dan masyarakat sekitar."

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pelatihan Hidroponik untuk Mewujudkan Urban Farming bagi Kader Posyandu dan Kelompok Tani Desa Dukuh

19 Agustus 2023   09:35 Diperbarui: 19 Agustus 2023   09:43 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa Dukuh, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek memiliki banyak keunggulan di sektor pertanian, khususnya pada tanaman manggis, duren, dan salak.  Dengan keunggulan pada tanaman tersebut, tak heran jika Desa Dukuh memiliki slogan MADUSA (Manggis, Duren, Salak). Akan tetapi, pertanian di Desa Dukuh ini kebanyakan adalah tanaman tahunan, yaitu tanaman yang hanya dapat dipanen pada musim tertentu dalam satu tahun. Tentunya, hal tersebut mengakibatkan ketidakstabilan perekonomian masyarakat, karena ketergantungan warga terhadap hasil panen tanaman tahunan tersebut. Selain itu, masyarakat juga menolak untuk melakukan rotasi tanaman akibat kesulitan pengelolaan teknik budidaya dan kesesuaian lahan di Desa Dukuh. “Kami jujur keberatan apabila melakukan pergantian tanaman di desa ini (Desa Dukuh), karena sebenarnya durian memiliki nilai jual yang cukup tinggi, tapi disini kami kendala di masa panen yang tidak teratur, karena hujan yang terjadi terus-menerus sehingga hasil panen menurun”, jelas salah satu warga KelTan (Kelompok Tani). 

Berdasarkan pernyataan tersebut, kelompok 475 MMD Universitas Brawijaya menawarkan solusi berupa demonstrasi atau pelatihan “Pelatihan Hidroponik untuk Mewujudkan Urban Farming bagi Kader Posyandu dan Kelompok Tani Desa Dukuh”. Mahasiswa melakukan demostrasi menanam dengan media tanam air atau sering dikenal sebagai metode hidroponik. Pelatihan hidroponik ini ditujukan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Dukuh tanpa mengurangi penggunaan lahan. Peningkatan perekonomian ini diperoleh  berdasarkan hasil panen yang singkat yaitu 20 hari, dan juga pemilihan komoditas berupa sayuran seperti kangkung dan bayam yang memiliki tingkat permintaan yang selalu tinggi di pasaran. “Kami baru tahu bahwa bisa menanam sayur seperti ini (di atas air)”, begitu jelas salah satu kader posyandu. Tentunya, dengan demontrasi ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dimana ini menjadi salah satu aspek keberhasilan urban farming melalui pemenuhan fungsi ekonomi dan pemerataan pangan di desa. 

Demonstrasi hidroponik dilaksanakan pada Jumat (14/7/2023) di Balai Desa Dukuh dengan sasaran pelatihan yaitu kader posyandu dan kelompok tani di Desa Dukuh. Pelatihan dimulai dengan  penyampaian materi mengenai tanaman hidroponik dan pengenalan

urban farming. Setelah penyampaian materi secara singkat, penanggung jawab kepelatihan yaitu Devi Arianti Hutabarat memberikan demonstrasi mulai dari perkenalan alat dan bahan yang dibutuhkan beserta fungsinya, cara menanam sayur kangkung dan bayam menggunakan rockwall dan kain flannel dengan media tanam air. Kemudian, demonstrasi dilaksanakan secara terstruktur. Beberapa alat dan bahan yang digunakan adalah berupa wadah rege, wadah tertutup, rockwall, kain flannel, benih kangkung dan bayam, dan pupuk AB mix. Setelah penanaman selesai, dilanjutkan dengan pembuatan larutan stok dari pupuk AB mix. Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab antara peserta (ibu kades posyandu dan Keltan), “Tanaman yang bisa ditanam seperti ini apa saja mbak? Dan berapa lama ini (sayur kangkung dan bayam) bisa dipanen?”. “Umumnya, tanaman yang dapat dijadikan hidroponik itu adalah sayuran, buah-buahan seperti stroberry, dan tanaman obat-obatan, atau tanaman lain yang tidak membutuhkan perakaran yang dalam seperti pohon. Dan, waktu panen sayur ini ditargetkan adalah 20 hari.” Ujar Devi selaku penanggung jawab dari kepelatihan. 

Setelah kegiatan selesai, hasil hidroponik dibawa pulang oleh perwakilan kades posyandu dan KelTan, guna kemudahan visualisasi kontrol sayur hingga masa panen, didampingi oleh mahasiswa dengan berkunjung ke kediaman ibu tersebut. Hal ini ditujukan untuk pemerataan pengetahuan mengenai hidroponik melalui diskusi antara mahasiswa dengan perwakilan ibu kader posyandu dan Keltan dan antar kelompok. Alasan pemilihan target demonstrasi antara lain: ibu kader posyandu untuk pemerataan gizi balita melalui sayur hidroponik tanpa pestisida dan Keltan untuk usaha sampingan pertanian guna peningkatan perekonomian yang berkelanjutan. Disamping itu, dilakukan juga pelatihan hidroponik kepada anak usia sekolah yaitu pada siswa SD Negeri 1 Dukuh, yang bertujuan untuk memberikan wawasan baru mengenai apa itu pertanian, peran penting pertanian, serta hidroponik sebagai salah satu teknik pertanian yang dapat meningkatkan perekonomian, pangan, dan kesejahteraan masyarakat lingkup desa hingga global.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun