[caption id="" align="alignnone" width="600" caption="Dewan Pertimbangan Presiden – sumber foto: CNN Indonesia"][/caption] Jika pekan sebelumnya para pengamat politik tanah air diundang ke istana untuk jamuan makan, Selasa 21 April 2015 giliran para aktifis mahasiswa yang mendapat giliran. Adalah Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) yang berinisiatif untuk menggelar acara makan-makan ini. Bertempat di Gedung Wantimpres, Komplek Istana, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, acara jamuan berlangsung saat waktu makan siang. Tak hanya santap bersama agenda utama jamuan lebih ke diskusi dan dengar pendapat. Mengambil tema “Dialog Mencari Solusi Permasalahan Bangsa”, ada 16 organisasi mahasiswa yang diundang, 9 dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan 6 dari organisasi ekstra kampus. Sebut BEM Universitas Indonesia, BEM Institut Teknologi Bandung, BEM Institut Pertanian Bogor, BEM Universitas Brawijaya, BEM Universitas Gadjah Mada, BEM Universitas Hasanuddin, BEM Universitas Muhammadiyah Makassar, BEM UIN Syarif Hidayatullah, dan BEM Universitas Sumatera Utara. Sementara organisasi ekstra yang diundang adalah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Perhimpunan Mahasiswa Katholik Republik Indonesia (PMKRI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Dari organisasi mahasiswa yang diundang, BEM Universitas Indonesia menolak hadir, dan justru menyampaian surat terbuka berisi pernyataan protes kepada pemerintah Jokowi – JK. Alasan mendasar penolakan adalah BEM UI melihat Watimpres belum menunjukan keberpihakannya pada beberapa agenda prioritas, seperti konflik KPK-Polri, dan kenaikan harga BBM yang disertai kenaikan pangan. Beberapa pihak menilai, upaya Watimpres mengundang elemen-elemen masyarakat yang selama ini cukup kritis terhadap pemerintah sebagai upaya untuk meredam kritisme mereka. Khusus untuk organisasi mahasiswa, Watimpres dianggap berusaha meredam aksi mahasiswa yang rencananya digelar pada 20 Mei mendatang, bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional. Bagaimana publik, khususnya netizen menanggapi jamuan makan Watimpres kepada organisasi mahasiswa? Berikut redaksi Eveline merangkumnya untuk Anda. Pemantauan dilakukan terhadap pembicaraan di media sosial Indonesia, khususnya Twitter selama periode 20 – 22 April 2015. Di mana terdapat total 1.307 tweet bicara tentang Undangan Watimpres Bagi Para Aktifis Mahasiswa ke Istana. Dari jumlah tersebut, 701 tweet mengutip pernyataan dari BEM UI perihal kebenaran undangan yang mereka terima. Sementara 597 tweet menyoroti penolakan BEM UI untuk hadir memenuhi undangan jamuan tersebut. Sementara, 359 tweet dicuitkan netizen yang lebih menekankan pada Surat Terbuka BEM UI yang ditujukan kepada Watimpres perihal penolakan kehadiran mereka. Dalam surat terbuka tersebut, ada beberapa poin yang disampaikan. Salah satunya BEM UI menuntut Presiden dan Wakil Presiden RI menemui langsung mahasiswa untuk berkonfrontasi atas kebijakan yang merugikan rakyat, sehingga tidak ada bias atau kesalahan informasi yang terjadi. Juga, agar seluruh anggota Watimpres RI agar menerapkan secara penuh prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) antara lain prinsip transparansi, prinsip akuntabilitas, dan prinsip partisipatif. *** sumber: http://eveline.co.id/politik/redam-aksi-mahasiswa-watimpres-undang-aktifis-makan-siang/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H