Pernahkah Anda menyimak update socmed seorang yang tengah memamerkan suatu barang dan mendadak Anda menginginkan barang serupa?
Atau, pernahkah terbersit rasa iri di hati saat kenalan menggandeng pasangan dan tiba-tiba Anda ingin jadi sosok yang menggandengnya?
Well, Anda tengah berhasrat, dan tahukah Anda hasrat itu menular?
Ada kajian menarik tentang hasrat dan bagaimana ia melingkari hidup manusia sejak jaman bermula. Adalah seorang filsuf Prancis bernama Rene Girard yang mempopulerkan terma mimetic desire.
Hasrat itu meniru, mengimitasi dan atau menyerupai hasrat orang lain. Hasrat kita tidaklah independen muncul dari dalam diri kita, melainkan dipicu dan mengikuti hasrat orang atau figur yang kita jadikan acuan.
Karenanya, wajar jika kita merasa iri dan menginginkan barang, pasangan, pencapaian, karir atau apapun milik orang lain. Karena hasrat kita tengah mengalami proses mimicking ini.
Bisa dibilang, hasrat itu menular. Ketika satu orang memiliki satu hal--yang menarik atau dianggap menarik--siap-siap saja orang-orang di sekitarnya akan menginginkan hal serupa.Â
Hasrat untuk memiliki hal serupa ini, lanjut almarhum Mbah Girard akan menumbuhkan persaingan. Rivalitas antar mereka yang menginginkannya. Saling bersaing, saling berebut, saling mengalahkan untuk memiliki hal sama. Ingat kasus orang-orang rebutan beli sepatu Nike di Grand Indonesia beberapa waktu lalu yang berujung injak-injakan?
Rivalitas satu akan melahirkan rivalitas berikutnya. Pertikaian untuk mendapatkan barang/hal yang diinginkan tidak akan selesai saat seorang berhasil, justru akan menumbuhkan persaingan baru. Siklus jadinya.
Dan laiknya perebutan, sebagaimana persaingan, umumnya konflik, akan jatuh korban. Bisa jadi korban adalah pelaku persaingan, bisa juga bukan.Â
Masih menurut Mbah Girard, korban adalah keniscayaan, dan bahkan dibutuhkan. Karena saat jatuh korban, siklus persaingan biasanya terhenti sejenak. Dan orang-orang jeda sesaat dari pertikaian. Mereka kadang berefleksi dan mengenang sang korban.Â