Mohon tunggu...
Hasto Suprayogo
Hasto Suprayogo Mohon Tunggu... Konsultan - Hasto Suprayogo

Indonesian creative designer & digital marketing consultant | astayoga@gmail.com | http://www.hastosuprayogo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup Ibarat Pertunjukkan Sirkus

14 Januari 2018   20:23 Diperbarui: 14 Januari 2018   20:40 1730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sirkus Ringmaster (Dokumentasi pribadi)

Beberapa waktu lalu kami menonton sirkus. Jujur, ini kali pertama  saya nonton sirkus, secara langsung. Sebuah pengalaman menarik. Namun,  di luar menariknya sirkus sebagai tontonan, entah kenapa saya justru  terbersit sirkus sebagai refleksi hidup.

Dalam sirkus selalu ada  ringmaster, yang memainkan peran pemimpin rombongan, pemandu acara  sekaligus pengatur ritme pertunjukan. Hal serupa ada dalam hidup  keseharian kita. Di keluarga, di lingkungan sosial, atau pekerjaan, akan  selalu ada dan butuh selalu ada yang memainkan peran serupa. Peran  pemimpin, pengatur, koordinator dan pemandu kebersamaan.

Kadang  kita diberi kesempatan menjalani peran rigmaster macam ini.Kadang kita  berharap diberi kesempatan ini. Seringnya, orang lain yang diberi kesempatan ini. Tak jarang kita berebut mendapatan kesempatan ini. 

Sirkus tali (Dokumentasi pribadi)
Sirkus tali (Dokumentasi pribadi)
Dalam sirkus, ada yang bermain tali. Merambatinya pelan naik ke atas.  Menggenggamnya erat, menarik tubuh, melawan gravitasi, untuk menanjak. Kadang di pertengahan jalan, tali akan bergulung, membelit atau bahkan  berayun. 

Begitu pula hidup. Kita berlomba mendorong diri,  memanjati temali kehidupan. Menuju atas, menaiki jenjang karir, meraih  kemajuan. Kadang jalur itu tak lancar, kadang ia berbelit, kadang pula  ia berayun dan memaksa kita turut atau bahkan berpindah menggenggam  temali lain. 

Sirkus keseimbangan (Dokumentasi pribadi)
Sirkus keseimbangan (Dokumentasi pribadi)
Dalam sirkus ada pemain keseimbangan. Biasanya  berpasangan. Dua sosok, saling mendukung, saling menguatkan. Kadang satu  di bawah, lainnya bertopang di atasnya. Namun keduanya adalah pasangan.

Begitu juga hidup. Kita selalu butuh manusia lain untuk berpasangan.  Kita butuh dukungan, dorongan, sandaran untuk bisa menjulang. Kadang  kita tak sepaham, namun lewat komitmen, kita bisa terus sejalan.

Sirkus ketinggian (Dokumentasi pribadi)
Sirkus ketinggian (Dokumentasi pribadi)
Di sirkus ada pemain roda baja bertopang di ketinggian. Di dalam roda  itu dia berlarian, berputaran, berloncatan ke depan balik ke belakang.  Kadang di membuka mata, tak jarang lompatan dilakukan dengan pandangan  terpejam. Hanya berpegang pada keimanan.

Begitu pula hidup. Dia  ibarat roda yang terus berputar, dan kita di dalamnya berlarian.  Berusaha mengikuti putaran, terkadang mempercepat rotasinya, namun  seringpula tersengal kelelahan dibuatnya. Kadang kita hanya berjalan  penuh kepastian, di lain waktu kita kita hanya mengalir berdasar  keyakinan. 

Sirkus pelawak (Dokumentasi pribadi)
Sirkus pelawak (Dokumentasi pribadi)
Di sirkus ada joker sang badut pelawak.Dia bepakaian  unik dan bertingkah konyol. Sering geraknya canggung, gesturnya nanggung  dan perkataannya kurang nyambung. Fungsi membuat penonton tertawa, dan  kita senang dibuatnya.

Begitu juga hidup. Kadang kita  menertawakan orang lain. Tingkah mereka, gaya hidup mereka, pandangan  mereka atau bahkan tak jarang tampilan lahir mereka. Namun sering kita  lupa, sebegitu kita bisa menertawakan mereka, sebegitu bisa pula kita  ditertawakan oleh lainnya. Kita anggap orang lain badut tanpa sadar  bahwa kita bisa jadi badut bagi orang lain.

Hidup ibarat sirkus.  Kita mau berperan jadi apa semua balik ke kita. Kita mau tertawa atau  ditertawakan, semua balik ke kita. Namun, satu hal, pada akhirnya, peran  apapun yang dipilih, usahakan menyisakan akhir yang bahagia. Bagi kita  maupun orang lain di dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun