Mungkin saya berlebihan, namun bagi banyak kita, koneksi internet sudah jadi kebutuhan pokok. Berada di peringkat ke 4 setelah pangan, sandang dan papan. Maka kiranya, mimpi buruk sebagian kita yang demikian adalah, koneksi internet mati.
Beberapa kali hal itu terjadi di sini. Ya, di negara semacam Inggris pun Anda bisa mengalami problem dengan koneksi internet. Meski sudah menggunakan layanan dari ISP terbesar bernama Sky yang bekerjasama dengan jaringan telco terbesar pula, BT (British Telecommunications plc), tetap saja tak membuat layanannya kebal masalah.
 Sebenarnya bisa dimaklumi jika layanan ada problem, sekali dua. Namun, yang menjengkelkan dengan layanan internet di sini saat problem adalah, susahnya mengontak layana konsumen. Alih-alih Anda tinggal menelpon no customer care, Anda akan dibuat menunggu lama, bisa sampai setengah jam lebih, dan belum tentu ada petugas menjawab panggilan.
Anda akan diminta untuk menggunakan layanan customer care berbasis pesan pendek, baik lewat SMS atau instant messaging. Atau, Anda diminta melakukan diagnosis dan mengontak layanan teknisi online lewat web.
Hello, kalau internet mati bagaimana mau menggunakan layanan teknisi lewat web? Mungkin, kita disuruh pakai internet dari mobile phone, yeah, itu make sense. Tapi, bagaimana jika kuota lagi abis juga. Well, sial di Anda.
Anyway, satu yang menarik bagi saya, di luar soal kejengkelan susahnya mengontak layanan pelanggan via telepon adalah, otomatisasi yang mereka gunakan saat meng-collect data konsumen saat Anda menelpon itu sendiri.
Semua dilakukan lewat mesin, ada rangkaian pesan suara--yang saya yakin digenerate komputer--yang meminta Anda memasukkan info dasar, seperti nama, no telp, jenis keluhan, juga menjawab beberapa pertanyaan masalah yang dihadapi. Artificial Intteligent nampaknya sudah benar-benar diaplikasikan dalam kasus ini.Â
Bagus, ya sebagai pendukung penggunaan teknologi untuk otomatisasi macam ini saya sangat salut. Namun, tetap saja menjengkelkan saat semua otomatisasi tadi tak berarti problem bisa lebih cepat teratasi.
Kadang kangen model penyelesaian di Indonesia, di mana kita telpon ke layanan konsumen, mengeluhkan masalah--kadang sambil sedikit maki-maki, ditanggapi, meski ujungnya sama-sama belum tentu langsung beres. At least, ada rasa 'didengarkan' oleh manusia asli dan bukan robot.
Anyway, internet mati memang menjengkelkan.Â
Arrrgghhhhhh!!!