Satu dasawarsa terakhir, lanskap politik tanah air berubah total. Adalah Joko Widodo, yang awalnya 'hanya' seorang walikota di Surakarta, sebuah kota di Jawa Tengah, menarik perhatian publik Indonesia. Sosok sederhananya, prestasinya selama menjabat 2 periode, pendekatan personal serta merakyatnya hingga cerita bagaimana ia tak pernah mengambil gaji sebagai Walikota menawan hati masyarakat.
Tak butuh waktu lama, dan tak diragukan lagi, ketika Joko Widodo diajukan PDIP sebagai kandidat Gubernur DKI Jakarta, untuk memastikan kemenangannya. Popularitas Jokowi mendahului sosoknya. Publik Jakarta pun tersapu oleh pesonanya, sehingga kandidat lawannya, yang meskipun petahana dengan dukungan banyak partai politik plus dana yang luar biasa tak mampu membendung kemenangan Jokowi-Ahok.
Dan sekali lagi, dari panggung DKI Jakarta, tak butuh waktu lama untuk Joko Widodo melenggang menuju panggung politik terbesar negeri ini, Pemilihan Presiden. Dan terbukti, sekali lagi, Jokowi dengan gemilang mengandaskan kandidat lawan yang lebih senior, didukung barisan partai-partai politik besar dan dana luar biasa.
Apa rahasia Jokowi? Apa resep suksesnya? Apa kata kunci kemenangannya yang fenomenal, tak hanya untuk level Indonesia, namun dunia?
Well, jawabannya tak lain tak bukan adalah kampanye digital.
Jokowi, adalah sosok tepat di waktu yang tepat pula saat menjalankan kampanye digital. Alih-alih mengikuti pola kampanye lawas para politikus tua, pria kelahiran 21 Juni 1961 ini mempertaruhkan nasib karir politiknya pada kampanye digital. Sebuah pertaruhan yang terbukti sukses gemilang.
Ada beberapa faktor yang membuat kampanye digital Jokowi sukses. Pertama kondisi tanah air dari sisi penetrasi teknologi, khususnya smartphone dan internet. Di waktu Jokowi memegang jabatan walikota Solo periode kedua hingga dicalonkan dalam Pilkada DKI, publik tanah air tengah mengalami masa bulan madu dengan smartphone dan internet. Penetrasi kedua teknologi ini memungkinkan publik mengakses informasi sekaligus membagi informasi yang didapat dan dibuatnya secara luas.Â
Kondisi ini ditapping secara cerdas oleh Jokowi--dan tim kampanyenya--untuk melambungkan namanya. Branding Jokowi dikemas lewat berbagai jenis konten; tulisan, foto, meme, video, untuk kemudian disebarluaskan lewat berbagai kanal digital; media online dan media sosial. Narasi menarik pun digunakan. Akibatnya, eksposure publik terhadap pria yang awalnya adalah pengusaha meubel ini pun tak kalah tenar dibanding sosok-sosok politikus senior lainnya.
Jokowi adalah contoh paling besar akan efektifitas kampanye digital dalam politik di Indonesia--mungkin juga dunia. Dan keberhasilan penggunaan kampanye digital ini diimbangi dengan prestasi nyata di lapangan, sesuai dengan janji kampanyenya. Hal ini pula yang menjadikan popularitas Jokowi tak luntur bahkan setelah menjabat Presiden. Adalah penting menyeimbangkan antara image yang dibangun dengan bukti nyata di lapangan. Dan Jokowi, berhasil menyeimbangkan keduanya dengan amat sangat baik.
Jadi, jika Anda tengah berpikir untuk mencalonkan diri, baik sebagai calon legislatif, atau calon eksekutif di Pilkada, amat sangat disarankan menjalankan kampanye digital yang terstruktur dan terencana dengan baik. Belajarlah dari kasus Jokowi, dan kampanye Anda akan membuahkan hasil luar biasa.
Atau gunakan jasa konsultan kampanye digital berkualitas untuk merancang dan menjalankannya. Karena masa depan politik Anda tak semestinya dipertaruhkan sia-sia karena menggunakan konsultan seadanya.