[caption id="" align="alignnone" width="600" caption="Adik koruptor Djoko Tjandra temui Presiden Jokowi di Papua Nugini – sumber foto: Istimewa"][/caption] Kunjungan Presiden Joko Widodo ke negara tetangga Papua Nugini selama 11 – 12 Mei 2015 kemarin menjadi sorotan publik bukan karena agenda politik khusus yang dibahas kedua negara, melainkan karena peristiwa tak terduga saat acara jamuan malam kenegaraan Presiden dengan PM Papua Nugini Peter Charles Paire 0’Neill Senin kemarin. Lepas sambutan kedua kepala pemerintahan, saat Jokowi dan Peter Charles tengah menyantap hidangan, 2 orang tamu undangan maju ke panggung kehormatan dan menemui Presiden. Yang mengejutkan adalah, kedua tamu tersebut, yang kabarnya adalah undangan dari pihak pemerintah Papua Nugini, tak lain adik kandung dan rekan bisnis koruptor kelas kakap Djoko Tjandra yang kabur dari Indonesia pada 2009. Djoko Tjandra tersangkut kasus korupsi BLBI cessie Bank Bali pada tahun 1999 yang merugikan keuangan negara sebesar 546 miliar rupiah. Sebagaimana dikutip dari Viva.co.id, pebisnis keturunan Tionghoa kelahiran Sanggau ini diituntut hukuman 1 tahun 6 bulan penjara, dan membayar denda Rp30 juta. Uang milik PT EGP sebesar Rp546 miliar yang berada di akun Bank Permata (dulu Bank Bali) juga diperintahkan untuk dikembalikan kepada negara. Pada 28 Agustus 2000, majelis hakim memutuskan Djoko Tjandra lepas dari segala tuntutan. Jaksa penuntut umum Antasari Azhar mengajukan kasasi pada 21 September 2000. Tanggal 26 Juni 2001, melalui voting, Majelis Hakim Agung MA melepas Joko Tjandra dari segala tuntutan. Lima tahun kemudian, Oktober 2008, Kejaksaan Agung mengajukan Peninjauan Kembali atas kasus cessie Bank Bali. Djoko Tjandra pun kembali diajukan sebagai terdakwa ke MA. Sembilan bulan kemudian, 11 Juni 2009, MA memutuskan menerima PK yang diajukan jaksa. Joko harus menghadapi hukuman 2 tahun penjara, dan membayar denda Rp15 juta. Uang Joko Rp546 miliar di Bank Permata pun disita negara. Namun, satu hari sebelum putusan PK pertama keluar atau pada 10 Juni 2009, Djoko Tjandra kabur ke Singapuran dan belakangan diketahui berada di Papua Nugini dan bahkan telah memiliki kewarganegaraan setempat. Upaya ekstradisi yang dilakukan pemerintah Indonesia selama ini tidak membuahkan hasil. Djoko Tjandra dan keluarganya selama ini memang terkenal sebagai penguasa binis di negara bekas jajahan Inggirs tersebut, dengan jaringan supermarket yang menggurita. Di Papua Nugini sang koruptor merubah namanya menjadi Joe Chan dan dikenal dekat dengan kalangan pemerintahan, terbukti dengan bisa masuknya kerabat dan rekan bisnisnya dalam jamuan kenegaraan dengan Presiden Joko Widodo. Bagaimana publik, khususnya netizen menanggapi pertemuan utusan koruptor Djoko Tjandra dengan Presiden Joko Widodo di Papua Nugini ini? Simak liputannya di sini. Pemantauan dilakukan terhadap perbincangan di media sosial, khususnya Twitter selama periode 12 Mei 2015, di mana 1.558 tweet dicuitkan netizen perihal pertemuan tersebut. Netizen mempertanyakan apa yang dibicarakan Presiden dengan kedua orang utusan Djoko Tjandra tersebut. Sebanyak 1.330 menyatakan keheranan bagaimana bisa hal ini terjadi dalam sebuah pertemuan kenegaraan. Netizen mencurigai ada permainan antara pemerintah Papua Nugini dengan sang koruptor sehingga utusannya bisa masuk ke acara jamuan kenegaraan. Netizen dengan pedas mengkritik hal tersebut dan meminta pemerintah Indonesia bertindak tegas memprotes kejadian memalukan ini. Lebih lanjut, netizen menyuarakan desakan kepada pemerintah, khususnya Presiden Joko Widodo untuk bertindak tegas menyelesaikan kasus BLBI yang salah satunya dilakukan Djoko Tjandra. Sebanyak 3.883 tweet meneriakkan tuntutan ini. *** sumber: http://eveline.co.id/ekonomi/adik-koruptor-blbi-djoko-tjandra-temui-jokowi-di-papua-nugini-netizen-marah/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H