Mohon tunggu...
Hasto Suprayogo
Hasto Suprayogo Mohon Tunggu... Konsultan - Hasto Suprayogo

Indonesian creative designer & digital marketing consultant | astayoga@gmail.com | http://www.hastosuprayogo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Tragis! Netizen Indonesia Lebih Peduli Penyanyi Dangdut Daripada Tragedi Trisakti

12 Mei 2015   21:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:06 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Peringatan 17 Tahun Tragedi Trisakti 98 – sumber foto: Istimewa"][/caption] Ada yang masih ingat apa yang terjadi hari ini 17 tahun yang lalu di Indonesia? Banyak dari kita mungkin lupa, bahwa di tanggal 12 Mei 1998 sebuah tragedi mengoyak bangsa Indonesia. Kita mengenalnya sebagai Tragedi Trisakti. Disebut Tragedi Trisakti karena terjadi di kampus Universitas Trisakti yang berlokasi di Jakarta Barat. Tragedi yang menewaskan 4 orang mahasiswa inilah yang menjadi awal perubahan politik sekaligus kejatuhan Orde Baru. Awal Era Reformasi. Dipicu oleh krisis moneter yang melanda asia dan khususnya Indonesia sejak 1996, pada 12 Mei 1998 ratusan mahasiswa dan civitas akademika Kampus Trisakti mengadakan orasi yang disusul long march menuju Gedung DPR/MPR untuk memprotes pemilihan kembali Presiden Soeharto dalam Sidang Umum MPR. Ketegangan antara mahasiswa dan aparat keamanan berujung pada bentrokan yang mengakibatkan puluhan mahasiswa mengalami luka ringan maupun berat, dan 4 orang mahasiwa tewas tertembus peluru tajam. Keempat mahasiwa yang tewas adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Tewasnya keempat mahasiswa di tangan aparat ini yang kemudian memicu peristiwa kerusuhan besar-besaran yang dikenal sebagai Kerusuhan Mei 98 antara 13 – 15 Mei 1998 dan terjadi di berbagai kota, seperti Jakarta, Medan dan Surakarta. Di mana ratusan toko dan tempat usaha milik warga keturunan Tionghoa dijarah dan dibakar. Sementara ratusan orang mengalami kekerasan fisik, penganiayaan, perkosaan dan lain sebagainya. Tewasnya keempat mahasiswa yang kemudian ditasbihkan sebagai Pahlawan Reformasi ini pula yang menjadi tonggak persatuan semua elemen bangsa untuk melengserkan Presiden Soeharto dengan Orde Barunya. Puncaknya, pada 21 Mei 1998, Soeharto yang selama 32 tahun berkuasa pun akhirnya menyatakan pengunduran dirinya sebagai presiden. Namun yang mengenaskan, setelah 17 tahun peristiwa tragis itu terjadi, masyarakat Indonesia, khususnya netizen banyak yang melupakannya. Di media sosial Twitter, hashtag #12Mei dan #12Mei1998 yang digalang netizen yang peduli dengan peristiwa bersejarah bangsa hanya bertahan beberapa jam sebagai trending topic. Yang mengenaskan, justru hashtag #RizkiRidhoHP yang menyoroti duo penyanyi dangdut ABG peserta acara pencarian bakat di salah satu stasiun TV swasta bertahan seharian penuh. Benarkah publik sudah lupa dengan peristiwa Tragedi Trisakti 12 Mei 1998? Apakah dangdut lebih penting bagi netizen dibandingkan tonggak era reformasi? Simak rangkuman redaksi Eveline berikut ini. Pemantauan dilakukan terhadap perbincangan di media sosial, khususnya Twitter selama periode 12 Mei 2015. Hingga berita ini diturunkan pada pukul 21.00 WIB terdapat total 6.227 tweet yang membicarakan Tragedi Trisakti. Jumlah yang relatif kecil untuk sebuah peristiwa yang sangat penting dalam sejarah bangsa. Bandingkan dengan pembicaraan netizen tentang duo penyanyi dangdut Rizki Ridho yang mencapai 14.802 tweet. Sungguh mengenaskan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.483 tweet mengapresiasi perjuangan para mahasiswa yang terlibat dalam Tragedi Trisakti. Netizen yang membicarakan Tragedi Trisaksi menggunakan hashtag #12Mei1998 sebanyak 7.198 tweet. Sementara, perbincangan tentang keempat mahasiswa Trisakti yang tewas dan kemudian dikenal sebagai Pahlawan Reformasi sebanyak 2.492 tweet. Netizen juga berusaha mengingatkan publik akan Tragedi Trisakti ini lewat hashtag #17TahunReformasi, namun sayangnya hanya mendapatkan perhatian sebanyak 707 tweet. Jumlah yang sangat kecil, kembali jika dibanding concern publik soal penyanyi dangdut di atas. Apakah ini merupakan indikasi publik, khususnya netizen, mulai melupakan Tragedi Trisakti? Sepertinya peringatan proklamator bangsa lewat ungkapan Jasmerah; “Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah” perlu untuk kembali kita dengungkan. Karena seperti yang ditegaskan Bung Karno juga, “Bangsa yang Besar Adalah Bangsa yang Menghormati Jasa Pahlawannya.” *** sumber: http://eveline.co.id/fokus-persepsi/tragis-netizen-indonesia-lebih-peduli-penyanyi-dangdut-daripada-tragedi-trisakti/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun