[caption id="" align="alignnone" width="600" caption="Rencana Pembubaran Petral – sumber foto: Beritasatu.com"][/caption] Pemerintah, melalui Kementerian BUMN dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sepakat untuk membubarkan Pertamina Energy Trading Limited (Petral). Hal ini ditegaskan Menteri BUMN, Rini Soemarno, di Jakarta pada Kamis 23 April 2015 kemarin. Petral adalah anak perusahaan PT. Pertamina yang bergerak di bisnis ekspor impor minyak. Petral didirikan pada era pemerintahan Presiden Soeharto, berbadan hukum dan berkedukan di Hongkong, namun sekarang beroperasi di Singapura. Menurut rencana, bisnis impor minyak Petral akan diambil alih Pertamina langsung melalui Integrated Supply Chain (ISC), sedangkan binis ekspor atau trading di Singapura akan ditakeover oleh Pertamina Energy Service (PES). Menurut Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Said Didu, pembubaran Petral berdampak pengelolaan pengadaan minyak menjadi transparan, meskipun tidak menjamin harga BBM akan turun. Wacana pembubaran Petral pernah digulirkan pada tahun 2006. Di mana berdasarkan kesepakatan bersama dengan Kementerian BUMN, Pertamina membentuk Integrated Supply Chain (ISC) untuk menggantikan peran Petral secara bertahap dalam pengadaan impor minyak. ISC saat itu berada di bawah komando Sudirman Said, yang kini menjabat Menteri ESDM. Namun, di tahun 2009, ISC dihentikan dan Sudirman Said dicopot dari jabatannya. Baru kemudian pada akhir 2014 Tim Reformasi Tata Kelola Migas yang dimpimpin Faisal Basri menyampaikan 14 poin rekomendasi terkait pembubaran Petral setelah melakukan investigasi dan menemukan berbagai kejanggalan dalam praktek bisnis. Selain penyimpangan proses tender, mark up harga, penggunaan pihak ketiga dalam proses ekspor impor, yang tak kalah mencengangkan adalah besaran gaji pegawai dan khususnya Direktur Petral yang mencapai 400 juta rupiah, jauh di atas gaji Direktur Utama Pertamina sebagai induk perusahaannya yang hanya 200 juta. Saat ini pengajuan pembubaran Petral sudah diajukan ke pemegang saham Pertamina, dan akan diputusan segera dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Bagaimana tanggapan publik, khususnya netizen Indonesia atas rencana pembubaran Petral? Berikut rangkuman dari redaksi Eveline untuk Anda. Pemantauan dilakukan terhadap perbincangan di media sosial Indonesia, khususnya Twitter, selama periode 20 – 26 April 2015. Di mana terdapat total 17.546 tweet bicara tentang Rencana Pembubaran Petral. Jumlah yang sangat besar, rata-rata per hari netizen mencuitkan 2.506 tweet selama periode tersebut. Dari jumlah perbincangan di atas, mayoritas netizen mendukung rencana pembubaran Petral. Terdapat 5.745 tweet menyatakan bahwa pembubaran Petral yang sarat penyimpangan kaidah bisnis ini akan menguntungkan Pertamina sebagai induk perusahaannya. Lebih lanjut, netizen lewat 2.675 tweet menyebut Petral sudah dikuasai para mafia migas, karenanya putusan ini sudah tepat. Netizen memberikan apresiasi besar terhadap keberanian Rini Soemarno, Menteri BUMN, dan Sudirman Said, Menteri ESDM dalam pembubaran Petral. Sebanyak 2.029 tweet menyanjung keduanya. Perjuangan Sudirman Said membongkar kebobrokan Petral sejak tahun 2006 disoroti netizen lewat 429 tweet. Sementara, wacana penggantian Petral dengan PES dibicarakan netizen sebanyak 576 tweet. Di luar semua respon positif publik, khususnya netizen Indonesia tersebut, terdengar selentingan miring. Meskipun jumlahnya sangat kecil dibanding mayoritas suara di media sosial, namun terdapat 272 tweet yang disuarakan netizen yang menyebut Petral hanya berganti baju menjadi PES. Netizen yang bersuara demikian khawatir bahwa mafia migas sebenarnya masih bermain di sini. Bagaimana menurut Anda? *** sumber: http://eveline.co.id/ekonomi/pemerintah-rencana-bubarkan-petral-netizen-ramai-mendukung/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H