Keberadaan makam di dalam daerah Terminal Peti Kemas Koja, Jakarta Utara merupakan faktor yang menyebabkan pelabuhan Tanjung Priok mendapatkan nilai rendah dalam sisi keamanan pelabuhan. Atas dasar itu, kawasan makam akan direnovasi dan sebagian akan digunakan sebagai akses menuju jalan tol Jakarta Outer Ring Road atau JORR.
Masyarakat banyak yang menentang adanya renovasi ini, mereka mengatakan tidak akan membiarkan semeterpun tanah makan tersebut dirusak. hal inilah yang memicu adanya konflik antara satpol PP vs Masyarakat.
Beredarnya isu yang menyebutkan bahwa dua bocah dari pihak warga menjadi korban tewas memancing emosi warga yang terlibat bentrok. Dalam hitungan menit, jumlah massa semakin bertambah banyak dan diperkirakan mencapai sekitar seribu orang.
Sebelumnya, di kalangan warga beredar informasi dari mulut ke mulut bahwa dari pihak mereka telah jatuh korban. Tak ayal, massa pun terbakar emosi. Mereka saling menginformasikan satu sama lain agar menambah kekuatan melawan aparat.
Massa pun terkumpul cukup banyak. Mereka kemudian terus menyerang aparat yang bersiaga di depan Jalan Raya Jampea, dekat pintu gerbang Terminal Peti Kemas Pelabuhan Tanjung Priok.
Polisi, yang awalnya hanya bertahan, tak mengira jumlah massa akan terus bertambah hingga berlipat-lipat. Massa kali ini lebih beringas dari sebelum-sebelumnya. Mobil water canon dan tembakan gas air mata tak mampu mencegah massa. Mereka terus merangsek menyerang.
Ratusan aparat polisi dari satuan Brimob dan Samapta bahkan terpukul mundur karena tekanan dari serangan massa. Puluhan aparat polisi bahkan terlihat berlarian menghindari lemparan batu dari warga.
Tidak sedikit dari aparat polisi yang kepalanya tampak berdarah-darah karena terkena hantaman batu dan balok dari warga. Hingga berita ini diturunkan, bentrokan masih terus terjadi.