Kurikulum Merdeka, terobosan baru dalam pendidikan Indonesia, membawa perubahan signifikan dalam  keterlibatan orang tua.  Berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang cenderung menempatkan orang tua sebagai pihak eksternal, Kurikulum Merdeka justru menekankan kolaborasi antara orang tua, anak, dan sekolah.  Ini dilakukan untuk  mendukung  pengembangan karakter dan kompetensi anak sesuai minat dan bakat mereka.
Kurikulum Merdeka  memberikan ruang yang lebih luas bagi orang tua untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran anak.  Tak lagi sekadar sebagai penyedia fasilitas belajar, orang tua kini diajak  untuk memahami filosofi Kurikulum Merdeka.  Filosofi ini  mengutamakan  pengembangan karakter dan kompetensi yang sesuai dengan minat dan bakat anak.  Dengan pemahaman tersebut, orang tua dapat berperan aktif dalam menggali minat dan bakat  anak mereka.
Selanjutnya, orang tua dapat mendorong anak untuk mengeksplorasi berbagai peluang belajar yang relevan dengan  minat dan bakat tersebut.  Misalnya, orang tua yang mengetahui anaknya memiliki minat di bidang sains  dapat  bekerja sama dengan sekolah untuk memfasilitasi  anak mengikuti program ekstrakurikuler robotika atau sains club.
Keterlibatan orang tua dalam Kurikulum Merdeka  tidak hanya sebatas memahami minat dan bakat anak.  Orang tua juga  diberdayakan untuk  berkontribusi  dalam menentukan konten pembelajaran di sekolah.  Kurikulum Merdeka memberikan fleksibilitas bagi sekolah untuk  menyesuaikan  pembelajaran  dengan  kebutuhan  peserta didik.Â
 Orang tua dapat  memberikan masukan kepada pihak sekolah terkait dengan  minat dan kebutuhan belajar anak mereka.  Melalui komunikasi yang terbuka, orang tua dan guru dapat berkolaborasi  dalam  merancang  pembelajaran  yang  berpusat pada anak.  Pembelajaran yang  disesuaikan  dengan minat dan kebutuhan anak  diyakini  dapat  meningkatkan motivasi belajar  dan  menghasilkan  prestasi yang lebih baik,  baik secara  akademik maupun non-akademik.
Kurikulum Merdeka  pun  membuka peluang bagi orang tua untuk  berkontribusi dalam menentukan kebijakan sekolah.  Selama ini,  kebijakan sekolah  mungkin  dipandang  sebagai  kewenangan  pihak sekolah  semata.  Namun,  dengan Kurikulum Merdeka, orang tua dapat  berpartisipasi  secara aktif. Â
Salah satu caranya adalah dengan bergabung dengan komite sekolah.  Komite sekolah merupakan wadah  yang  memungkinkan orang tua  untuk  menyuarakan  aspirasi  dan  berkontribusi  dalam  membuat  kebijakan sekolah  yang  mendukung  kebutuhan belajar anak.  Selain itu, orang tua  juga dapat  hadir  dalam  rapat orang tua-guru  untuk  mendapatkan informasi  terbaru tentang  kurikulum  dan  berdiskusi  mengenai  program sekolah  yang  berkaitan  dengan  prestasi  anak.
Dengan  berperan aktif  dalam Kurikulum Merdeka, orang tua  dapat  memberikan  dampak yang signifikan  terhadap  pendidikan anak.  Beberapa contoh  peran  yang  dapat  dilakukan  orang tua  diantaranya  adalahÂ
(1) Mendampingi anak belajar di rumah dan membantu mereka memahami materi pelajaran. Tak jarang tugas seperti ini sudah tidak banyak dilakukan orang tua mengingat anak sudah mendapat wawasan melalui dunia digitalnya. Bahkan, anak mendapat pengetahuan dari dunia digitalnya lebih dahulu sebelum mendapatkan pengetahuan dari guru di sekolahnya.
(2) Memfasilitasi anak untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat dan bakat mereka. Kegiatan ekstrakurikuler dapat memberikan peluang bagi anak untuk mengembangkan potensi mereka di luar bidang akademik.