Mohon tunggu...
Astatik Bestari
Astatik Bestari Mohon Tunggu... Guru - Astatik ketua PKBM Bestari Jombang Jawa Timur

Pendiri Yayasan Bestari Indonesia. Domisili di Jombang Jawa Timur. Pengelola PKBM Bestari Jombang Jawa Timur. Guru MTs Darul Faizin Catakgayam Mojowarno Jombang Jawa Timur Ketua 2 DPP FTPKN Ketua bidang Peningkatan Mutu PTK DPW FK-PKBM Jatim

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rhenald Kasali:

3 Februari 2022   08:00 Diperbarui: 3 Februari 2022   08:13 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshot tayangan YouTube


Media sosial daa media mainstream sat ini sedang ramai membahas tayangan channel YouTube-nya Prof. Rhenald Kasali.  thumbnailnya "Mereka Kaya Bohongan Kok Dipercaya?"  

Fenomena tidak bijak dan tidak baik untuk ditiru. Namanya flexing. Pamer kekayaan, kaya bohongan.

Dari sekian reviewnya tentang fenomena flexing, saya tertarik memotong video tersebut. Saya unggah di akun  TikTok ini. Saya tertarik pada bahasan perbedaan motivasi pamer kekayaan antara laki-laki dan perempuan.

Saya masih ingat, banyak ungkapan di sosial media atau di dunia nyata, perempuan tampil menarik entah make up, fashion dan lain-lain dilabeli memiliki motivasi untuk menarik perhatian laki-laki. Ini tidak menguntungkan. Dunia perempuan tidak seputar berinteraksi dengan laki-laki melulu. Tetapi, ada kepentingan dan kesibukan tentang perbaikan karir, penajaman passion, dan peningkatan kualitas karya hobby mereka. Semuanya tidak hanya untuk kebutuhan self love mereka, tapi juga bisa pula karena kepentingan tugas   double burden dan aktualisasi diri untuk kepentingan umum.

Pada fenomena flexing yang disampaikan Prof Rhenald Kasali tersebut, bahwa motivasi pamer kekayaan kaum laki-laki, adalah untuk mengimpresi kaum perempuan. Sementara motivasi kaum perempuan itu untuk menunjukkan kepada sesama perempuan, kalau mereka "kaya".Dalam reviewnya Prof Rhenald menyebut laki-laki dengan "cowok" dan menyebut perempuan dengan "cewek".

Terlepas, flexing yang merupakan gaya baru di dunia sosial media untuk mewujudkan kepentingan hidup pelakunya, fenomena motivasi antara laki-laki dan perempuan ini menjadi gamblang, bahwa pelabelan kepada perempuan semacam itu tidak benar. Pelabelan bahwa perempuan tampil kece, keren, hebat dan sejenisnya   untuk mengimpresi laki-laki, tidak boleh dijadikan kesimpulan final. Bahkan ternyata motivasi laki-lakilah yang demikian, untuk mengimpresi perempuan. Percaya atau tidak percaya, mangga ngrayai jitok e dewe-dewe , hehe Ini tayangan TikToknya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun