Film yang bersetting di masa Perang Dunia II dan dirilis pada tahun 2008 ini berhasil menggambarkan suasana perang dalam sudut pandang seorang bocah kecil berumur 8 tahun bernama Bruno (Asa Butterfield). Bruno adalah seorang anak dari tentara NAZI yang memilikijabatantinggidantentusajahidupnyasangatlahberuntung di masa itujikadibandingkandengannasibanaklainnya. Pekerjaan Ayah Bruno, Ralf (David Thewlis) menuntutkeluarganya untuk berpindah rumah. Dengan sedih, Bruno meninggalkan teman sepermainannya. Di tempat barunya, Ralf menjabat sebagai komandan dari kamp Yahudi. Pada suatu hari, secara tidak sengaja Bruno melihat dari jendela kamarnya bahwa ternyata ada rumah lain di sekitar rumah barunya yang ia kira itu adalah sebuah pertanian. Ia sangat antusias karena ini berarti ada peluang untuknya akan memiliki teman baru. Akan tetapi, sang Ibu (Vera Farmiga) melarang Bruno untuk pergi ke luar rumah. Ditambah lagi, rumahnya dijaga oleh tentara beserta anjing penjaganya. Sehingga hampir tidak ada jalan keluar rumah untuknya. Bruno yang merasa terkurung pun banyak memutar otak untuk mencari jalan keluar dari rumahnya. Sampai akhirnya, ia menemukan jalan keluar ke arah hutan belakang rumahnya . Ia menyusuri hutan ini dan tibalah ia ke kamp tahanan Yahudi. Ia bertemu dengan Schmuel (Jack Scanlon), tahanan kamp yang sebaya dengannya. Mereka yang sama-sama kesepian pun bersahabat secara diam-diam. Hampir setiap hari mereka bermain bersama. Bruno selalu membawakan makanan dan mainan untuk Schmuel. Bruno tetap bermain bersama Schmuel secara diam-diam setiap hari meskipun kakaknya, Gretel (Amber Beattie) menceritakan kepada Bruno bahwa orang-orang Yahudi adalah orang yang jahat dan merupakan musuh mereka. Sampai tiba suatu saat, Schmuel bercerita kepada Bruno bahwa Schmuel sangat sedih kehilangan ayahnya yang sedang bekerja. Ayahnya yang tiba-tiba dipanggil untuk bekerja di kamp itu, tidak lagi pergi kembali. Sebagai teman yang baik, Bruno mencoba membantu Schmuel di pagi hari sebelum kepindahan Bruno ke tempat baru lagi. Schmuel meminjamkan baju tahanan bergaris yang Bruno kira sejak awal adalah piyama bergaris. Bruno menggali lubang untuk menembus pagar berkawat listrik pembatas wilayah kamp dan hutan. Mereka berdua berjalan-jalan di sekitar area kamp untuk mencari ayah Schmuel. Namun sayangnya, mereka berdua malah terjebak dalam sekawanan orang-orang yang akan disiksa dan dibakar hidup-hidup saat itu. Semua tahanan di kamp tersebut memang akan disiksa dan dibakar hidup-hidup pada masa itu. Pada akhirnya, mereka berdua pun ikut tersiksa dan terbakar hidup-hidup bersama tahanan lainnya sebelum berhasil menemukan ayah Schmuel.
Banyak nilai pendidikan yang dapat saya tangkap dari film ini. Pertama, perbedaan bukanlah masalah yang besar dan perang terbukti tidak menyelesaikan masalah mengenai perbedaan ini. Perang justru akan menimbulkan permasalahan lainnya yang bermula dari rasa dendam. Kedua, kita harus tetap memikirkan kebahagiaan orang lain (dalam film ini, kebahagiaan Bruno dan kebahagiaan tahanan; kebahagiaan Bruno berarti kebebasannya untuk bermain dan kebahagian tahanan yaitu kebebasan untuk menikmati hidup dan tidak dibunuh hidup-hidup) dimanapun kita tinggal karena pada dasarnya semua manusia memiliki derajat yang sama. Tidak ada seorangpun yang memiliki derajat lebih tinggi meskipun ia memiliki jabatan yang lebih tinggi. Ketiga, kita dapat belajar dari persahabatan Bruno dan Schmuel. Meskipun Bruno telah mengetahui dari Greetel bahwa orang Yahudi adalah musuh mereka dan dikenal sebagai orang jahat, menurutnya Schmuel tidak jahat dan Schmuel bukanlah musuhnya sehingga ia tetap berteman dengan Schmuel. Mereka (anak-anak) adalah korban dari perang yang sebenarnya. Mereka tidak tahu menahu mengenai masalah yang terjadi namun mereka merasakan akibatnya dan ikut terjebak dalam arus perang bersama orangtuanya.
Nilai artistik dari film ini mulai terlihat sejak bagian awal fim salah satunya yaitu dimana Bruno dan teman-temannya berlari-larian merentangkan tangan seperti pesawat diiringi oleh efek musik yang pas. Adegan ini memberikan kesan kebebasan bermain dan berimajinasi anak-anak bagi saya. Adegan saat Bruno berhasil menyusuri hutan di belakang rumah juga diiringi dengan efek musik yang pas yang menggambarkan kebebasan bagi Bruno untuk dapat keluar rumah. Banyak yang mengataan bahwa salah satu nilai artistik di film ini adalah bagaimana adegan penyiksaan tidak digambarkan secara sadis. Menurut saya, bagian yang tidak digambarkan dengan sadis hanya pada detik-detik saat Bruno dan Schmuel dipaksa memasuki ruang pembunuhan. Mereka dan tahanan lainnya melepaskan piyama bergaris dan dengan polosnya mereka berdua menganggap bahwa inilah waktu mereka semua untuk mandi bersama! Mereka bahkan tidak memiliki pikiran akan dibunuh yang membawa saya sendiri sebagai penonton tidak menebak bahwa pada akhirnya mereka akan dibunuh di suatu ruangan dan diracuni oleh gas beracun yang disemprotkan dari bagian atas ruangan. Adegan dramatis terjadi di sini yang berhasil mengharukan saya, dimana Bruno dan Schmuel saling berpegangan tangan dalam ketakutan mereka berdua. Pendapat bahwa adegan yang menceritakan perang tidak digambarkan dengan sadis ada juga ketidakbenarannya karena masih ada adegan yang menunjukkan Pavel dipukuli dan dicaci-maki hanya karena menumpahkan minuman ke meja secara tidak sengaja. Ada pula adegan dimana Pavel diperintahkan untuk melakukan sesuatu dalam nada tinggi. Â Menurut saya, nilai artistik dari film ini sendiri justru penggambaran perang sadis yang berhasil di mata seorang bocah yang lugu. Bagaimana kehidupan Schmuel sangat berbeda dengan Bruno. Bagaimana Schmuel dan sekelompok orang lainnya selalu berpakaian piyama bergaris setiap harinya sementara Bruno berpakaian bagus dan rapi. Bagaimana Schmuel selalu kelaparan sementara Bruno tidak. Bagaimana Schmuel dan sekelompok tahanan lainnya selalu diperintahkan untuk bekerja keras setiap hari sementara Bruno setiap hari hampir tidak punya sesuatu untuk dilakukan selain belajar membaca. Â Perbedaan drastis yang digambarkan dan bagaimana Bruno dan Schmuel menerimanya adalah nilai artistik yang tepat dari film ini.
Adegan Bruno dalam mencari jalan keluar dari rumahnya merupakan salah satu nilai hiburan yang terdapat dalam film ini. Dimana kepolosan wajahnya yang terlihat jelas, rasa ingin tahunya serta kecerdikan otaknya bergabung sehingga banyak hal-hal yang terlihat biasa dan tidak kita duga sebelumnya bahwa hal-hal yang ia lakukan sebenarnya membantunya mencari jalan keluar. Seperti saat ia bersama Pavel (salah satu tahanan kamp yang menjadi pelayan) pergi ke gudang belakang rumahnya untuk mencari ban mobil untuk membuat ayunan, di sanalah ia menemukan jendela yang mengarah ke hutan di belakang rumahnya. Nilai hiburan juga saya temukan lagi saat Bruno diam-diam mencuri roti di dapur untuk ia bawa dan berikan kepada Schmuel. Ditambah adegan saat Bruno berbohong kepada ibunya bahwa yang ia bawa adalah buku bukan makanan. Bruno sempat mengaku kepada sang ibu kalau yang ia berbohong namun ia tidak mengaku bahwa isi tasnya adalah makanan. Bruno malah menyebutkan judul buku lain yang ia bawa. Kepolosan Bruno merupakan salah satu nilai hiburan dari film ini.
Secara keseluruhan, film ini sangat menarik untuk ditonton karena selain menceritakan tentang sejarah di dalamnya, film ini juga mengisahkan pandangan lain mengenai suatu perang berlanjut dan bahkan memberikan pandangan baru kepada penontonnya bahwa perang tidak selalu berkaitan dengan sesuatu yang sadis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H