“Tar, gimana sih caranya supaya cepat move on ?”
Pertanyaan yang acap kali aku dapatkan dari teman, sahabat, bahkan mantan gebetan. Setiap mendengar pertanyaan itu aku diam sejenak, menimbang-nimbang jawaban yang akan aku lontarkan. Terkadang kalau orang terdekatku yang bertanya, aku bisa saja langsung ceplas-ceplos menjawabnya. Tapi, kalau yang bertanya adalah teman yang gak dekat-dekat banget (ups), tentulah bakal beda penyampaiannya.
Semakin dewasa, aku semakin sadar bahwa gak semua orang bisa di”ceplosin”. Rambut boleh sama hitam, hati siapa yang tau. Belum lagi makin banyak kaum “baperan” yang gak bisa terima jawaban jujur dan ceplos. Padahal mereka yang nanya dan menunggu jawaban kita. Sungguh kadang aku bingung.
Balik lagi tentang “Move On”.
Aku bukan expert yang sanggup melawan kesedihan dengan mudah saat patah hati. Tapi setidaknya Astari yang dulunya susah move on, sudah tau cara terbaik move on dan mengobati hati yang sedang tertatih.
Putus cinta bukan akhir dari segalanya. Indonesia masih luas untuk kamu jelajahi.
Percaya deh mantanmu tak hanya meninggalkan luka, tapi juga meninggalkan pelajaran berharga untuk kehidupanmu selanjutnya. Selesaikan tangismu, sedihmu dan bangkitlah untuk jelajahi dunia ini. Aku bisa bilang kalau perjalanan akan membuatmu bersyukur setiap hari hingga kamu lupa dengan sakit hatimu dan move on. Untukmu yang susah move on, percayalah ada seseorang yang lebih istimewa sedang menunggumu. Jangan pernah ragu untuk membuka lembaran baru. Setujuuuuu !!
Eits, tapi Move On tuh gak melulu tentang masalah percintaan, loh.
Move On adalah serapan dari Bahasa Inggris yang artinya “Pindah” dan bersifat general. Bisa kita artikan pindah ke lain hati, pindah ke tempat baru, atau melupakan sesuatu yang buruk.
Move On Dari Barang Sekali Pakai.
Disaat teman-temanku sedang berjuang Move On dari masalah percintaannya, aku Astari Ratnadya, usia 25++, anak rantau dari Pulau Sumatera, yang baru saja ikutan Danone Digital Academy 2021, lagi ada di fase Move On dari Barang Sekali Pakai. Kira-kira kalian yang sedang membaca tulisan ini apakah sedang ada di fase sepertiku juga gak? Kalau iya, kita punya concern yang sama agar lingkungan menjadi lebih baik.