Mohon tunggu...
Asri Tadda
Asri Tadda Mohon Tunggu... wiraswasta -

Masyarakat biasa yang selalu terpapar internet, memilih menjadi blogger daripada menjadi dokter. Saat ini adalah ayah dari seorang calon gubernur di Luwu Raya, Messiasta Ahmady Batara Tadda. Kenali saya di www.asritadda.com, hubungi saya di me@asritadda.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Ketidakselarasan Pendidikan Tinggi dengan Dunia Kerja

20 Juni 2012   13:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:44 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagian Terakhir dari Dua Tulisan Sebelumnya saya sudah mengulas seputar dunia pendidikan tinggi di negara kita dan fenomena minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia, ditambah dengan rendahnya kualitas SDM lepasan perguruan tinggi. Sebuah persoalan yang seakan tidak kunjung berakhir, dan karenanya diperlukan upaya yang lebih serius dari semua kalangan untuk melakukan 'sesuatu', merubah wajah pendidikan tinggi kita, agar bisa selaras dengan kebutuhan dunia kerja saat ini.

Nah, kali ini saya akan membahas tentang ide mengembangkan jiwa kewirausahaan (enterpreneurship), terutama di kalangan mahasiswa di perguruan tinggi.

[caption id="attachment_183721" align="aligncenter" width="547" caption="Workshop Wirausaha Muda Mandiri di Makassar, 2010"][/caption]

Kewirausahaan Mahasiswa Jiwa kewirausahaan akan sangat efektif jika ditanamkan melalui bangku pendidikan. Hanya, proses penanamannya harus dilakukan secara holistik atau melibatkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Mata kuliah kewirausahaan sebaiknya diberikan dengan porsi lebih banyak dan dominan jika dibandingkan dengan mata kuliah lainnya yang berorientasi pada kecerdasan kognitif. Supaya mahasiswa tidak bosan, pelajaran kewirausahaan harus dikemas secara menarik, sistematis, dan disesuaikan dengan tingkatan usia anak didik, serta dalam kondisi menyenangkan.

Sebagai praktiknya, pihak kampus perlu mengundang para pelaku bisnis yang sukses. Mereka diminta menerangkan atau menceritakan perjalanan hidup, dan bagaimana kiat-kiat agar usaha bisa sukses. Kisah hidup itu paling tidak akan merangsang para mahasiswa untuk meneladaninya.

Jika memungkinkan, pihak kampus perlu memperbanyak pendirian usaha nyata yang dikelola secara mandiri. Misalnya minimarket, gerai penjual makanan, usaha simpan pinjam, jasa tiket transportasi, perbankan, kursus bahasa asing, dan sebagainya.

Selanjutnya, secara bergantian para mahasiswa mendapat tugas mengelola usaha-usaha tersebut, dengan target-target yang telah ditentukan. Kegiatan ini selain sebagai proses magang kerja, juga akan memperkenalkan mahasiswa pada kondisi usaha riil.

Selain itu, pihak kampus, entah dengan bekerja sama pihak lain atau tidak, diharapkan secara berkesinambungan menyelenggarakan program pendidikan, pelatihan, pendampingan dan pengembangan bisnis dan kewirausahaan bagi seluruh mahasiswanya, sehingga hasilnya dapat diukur dan dievaluasi setiap tahun. Program pendampingan sesungguhnya mesti mendapat porsi yang lebih besar, terutama menyangkut akses bantuan modal usaha.

Pada akhirnya, jika dipandang perlu, seorang mahasiswa baru akan bisa diwisuda sebagai sarjana jika telah mampu melahirkan minimal sebuah usaha berskala kecil, lengkap dengan konsep manajemen yang ‘layak jual’.

Penutup Fenomena ketakselarasan pendidikan tinggi dengan dunia kerja saat ini tidak bisa juga dipandang mutlak sebagai kesalahan pemerintah saja di satu sisi, melainkan harus dimaknai sebagai tanggung jawab bersama semua pihak. Hal ini harus disikapi dengan jeli, kreatif, pantang menyerah dan penuh kearifan. Entah dari calon mahasiswa, orang tua, pengelola PT, entah pemerintah sebagai stakeholder pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun