Mohon tunggu...
Asri Tadda
Asri Tadda Mohon Tunggu... wiraswasta -

Masyarakat biasa yang selalu terpapar internet, memilih menjadi blogger daripada menjadi dokter. Saat ini adalah ayah dari seorang calon gubernur di Luwu Raya, Messiasta Ahmady Batara Tadda. Kenali saya di www.asritadda.com, hubungi saya di me@asritadda.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Ketidakselarasan Pendidikan Tinggi dengan Dunia Kerja

20 Juni 2012   13:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:44 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1340197403129637440

Khusus bagi mahasiswa, sejak awal memasuki PT harus disiapkan mental bahwa kuliah bukan segala-galanya. Persiapan mental itu selanjutnya dibarengi sikap membuka diri, cerdas menyiasati peluang, dan kreatif mencari ilmu-ilmu praktis yang berguna untuk kehidupan kelak.

Bagi mahasiswa, kuliah memang tidak boleh ditinggalkan, tetapi tidak ada salahnya jika mereka juga mengikuti berbagai training; semisal training sumber daya manusia (SDM), pelatihan memulai usaha kecil-kecilan, training peningkatan kemampuan finansial dan jiwa kewirausahaan.

Hemat saya, proses ini sebaiknya juga diterapkan ketika masa pra-mahasiswa (SMU). Sebelum memasuki dunia mahasiswa, para siswa SMU juga perlu dibekali dengan wawasan kemahasiswaan yang memberikan modal awal bagi mereka untuk mengenali dunia kampus dan harapan di balik semua proses tersebut.

Diharapkan, pihak kampus melalui lembaga-lembaga kemahasiswaan, kembali menggiatkan hal ini. Mungkin sudah saatnya mengalokasikan waktu khusus dalam masa-masa belajar mahasiswa untuk menyelenggarakan pelatihan-pelatihan seperti yang dimaksud.

Mengapa mengikuti pelatihan keterampilan pengembangan diri menjadi penting? Hasil studi Blau dan Duncan (1967) di Amerika Serikat, Mark Blaug (1974) di Inggris, dan Cummings (1980) di Indonesia menunjukkan kecenderungan bahwa tidak semua lulusan PT siap dipekerjakan. Banyak dunia industri yang mengeluh lantaran harus melakukan pelatihan bagi lulusan PT dalam waktu yang lama sebelum dipekerjakan.

Selain itu, para mahasiswa juga harus membekali diri dengan berbagai keterampilan lainnya, misalnya keterampilan bahasa asing, komputer, keahlian berkomunikasi, jaringan kerja (networks), make money blogging, design grafis dan sebagainya.

Di sisi lain, pemerintah sebagai pemegang kebijakan (policy maker) seharusnya menyambut baik dan mendukung para sarjana yang berkiprah sebagai enterpreneur. Dukungan itu amat penting, sekaligus menunjukkan komitmen pemerintah dalam pengentasan pengangguran, terutama pengangguran terdidik.

Dukungan itu bisa diwujudkan dalam bentuk pemberian penghargaan (reward), mempermudah akses pendanaan usaha, pembinaan dan pendampingan bisnis dan sebagainya, dan dilakukan secara konsisten serta tidak berubah-ubah seperti halnya kurikulum pendidikan kita.

Semoga bermanfaat!

  • Makalah ini dibawakan oleh Asri Tadda dalam Seminar Nasional Penyelerasan Pendidikan Tinggi dengan Dunia Kerja oleh Kemendiknas di Jakarta, 14-16 Oktober 2010. Makalah ini juga dipublikasikan di sini.
  • Asri Tadda adalah Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar. Saat ini adalah Direktur AstaMedia Group – sebuah perusahaan internet marketing dan blog advertising berbasis di Makassar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun