Mohon tunggu...
Astagini Putri Kariana
Astagini Putri Kariana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malam lebaran Anak Rantau

16 Juni 2024   21:02 Diperbarui: 16 Juni 2024   21:13 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mataram - halo sobat sekalian, semoga kita semua selalu dalam keadaan sehat.

Lebaran adalah momen yang paling membahagiakan bagi umat muslim. Dimana setiap orang akan menikmati momen ini dengan bersuka kita bersama sanak saudara. Sayangnya, hal ini tidak berlaku bagi kita yang merantau jauh dari keluarga.

Ketika suara takbir mulai terdengar, orang-orang mulai berlalu lalang kesana kemari. Disini kami hanya bisa terdiam sambil meratapi langit yang sangat indah, sambil membayangkan betapa nikmatnya masakan ibu, canda tawa yang penuh makna dari ayah, dan senda gurau bersama sanak saudara.

Sedih...., namun inilah jalan yang kita pilih. Bagaimana mungkin orang yang tidak bisa pulang kampung untuk bertemu dengan orang tua dan keluarga merasa baik-baik saja saat lebaran tiba?. Sedih adalah perasaan yang saat ini dihadapi anak rantau yang tidak bisa pulang kampung dan terpaksa lebaran di kota orang.

Hal yang hanya bisa dilakukan adalah melakukan panggilan suara atau panggilan video dengan orang tua untuk tetap bisa merasakan momen lebaran bersama walau jarak jauh memisahkan. Siapa sangka ketika terdengar suara lembut yang dilanturkan oleh seorang ibu, air mata ini sangat tidak bisa tertahan. 

Hanya dengan kata "Hallo" sungguh menjadi kata yang menyejukkan hati, namun disertai dengan deraian air mata. Kata-kata motivasi yang dilanturkan oleh ayah  pun tidak kalah sedihnya, sehingga air mata ini terus menetes membasahi bantal yang saat ini menjadi teman di perantauan.

Teringat betapa meriahnya suasana lebaran di kampung. Bau ketupat dan opor ayam yang menggoda, suara takbir yang merdu, serta tawa riang anak-anak yang berlarian di halaman rumah. Semua itu menjadi kenangan manis yang membuat hati terasa hampa dimalam lebaran yang sunyi ini.

Pikiran melayang membayangkan kemeriahan di kampung halaman, rumah pasti ramai untuk ajang kumpul keluarga yang sibuk menghabiskan waktu masing-masing sesuai kewajiban mereka. Akan tetapi, selalu ada hikmah yang didapat. kita lebih merasakan khusyuknya lebaran ketika menyendiri di daerah orang. Setidaknya, kita mendapat bingkisan ketupat lengkap dengan opor ayam dari tetangga tempat tinggal. Cukup menghibur dan menyadarkan bahwa hidup harus peduli akan sesama. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun