Mohon tunggu...
Moch Soim
Moch Soim Mohon Tunggu... wiraswasta -

Proses belajar masih terus berjalan tanpa henti dengan Memelihara tradisi Lama Yang Toleransi Dan Mengadopsi Masa Kini Yang Lebih Rapi....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menunggu 'Hancurnya' Dahlan Iskan

3 Maret 2014   12:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:17 4091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya kagum sekali dengan kinerja Pak Dahlan Iskan selama ini, sejak beliau menjadi Dirut PLN sampai menjadi Menteri BUMN. Siapapun pasti kagum dengan kinerjanya selama ini, sosok calon pemimpin yang pro dengan rakyat dan menyelesaikan setiap tugasnya dengan hasil yang sangat memuaskan.

Janji untuk terus mengabdi kepada kesejahteraan rakyat di “kesempatan hidupnya yang kedua” ini beliau buktikan dengan ‘Kerja! Kerja! Kerja!’ dengan keliahaiannya banyak sudah perstasi mengagumkan yang telah ia torehkan sebut saja seperti, kesuksesannya memimpin PLN dan membuat gebrakan baru dengan menciptakan system yang tidak berbelit di strukturisasi PLN dan PLN pun terang menderang semenjak beliau memimpin sehingga ketika PLN ia tinggalkan untuk menuju pengabdian yang lebih tinggi yakni menjadi Menteri BUMN, PLN tetap solid dan menjadi perusahaan yang baik hingga saat ini, bahkan Pak Beye mengaku sangat puas dengan kinerja Sang Dirut PLN Dahlan Iskan.

Ketika Dahlan Iskan menempati posisi sebagai Menteri BUMN langsung saja dukungan positif muncul menyeruak ke publik, bahkan media tak henti-hentinya meliput sepak terjang Sang Pemimpin Koboy – meminjam istilah mata najwa – kemanapun Dahlan Iskan berada, awak mediapun tidak mau ketinggalan update berita untuk Sang Pemimpin Koboy ini, tak heran sehingga memunculkan rumor bahwa Dahlan Iskan sedang melakukan pencitraan, isu pencitraan yang seperti di arahkan kepada para pemimpin publik negeri ini ketika memiliki keinginan untuk melenggang menjadi RI1. Namun apa yang di lakukan Dahlan Iskan murni untuk kesejahteraan rakyat ini dan jauh dari unsur pencitraan seperti yang di isukan selama ini.

Dahlan Iskan adalah seorang entrepreneurship yang sangat mengagumkan, sepak terjangnya membuat banyak orang terinspirasi untuk mengikuti jejak rekamnya – bekerja demi kemakmuran rakyat – tak heran jika ada sekelompok orang menginginkan beliau sebagai Presiden 2014 di Republik ini, bahkan atas ‘desakan’ golongan tersebut beliau mengikuti konvensi capres yang deselenggarakan oleh salah satu partai pengusa sekarang yakni Partai Demokrat.

Penulis sendiri ingin Dahlan Iskan Kalah di Konvensi Capres di Partai Demokrat, bukan karena tanpa alasan mengapa penulis ingin beliau kalah di konvensi tersebut, karna jika beliau menang maka hanya akan di jadikan sebagai mesin pendulang Suara Partai Demokrat di Pemilu 2014, dan selanjutnya yang namanya politik ada istilah ‘tidak ada yang abadi dalam politik’ sudah pasti Partai Demokrat akan berkonsentrasi untuk memenangkan pemilu legislatif yang digelar pada tanggal 9 April 2014 mendatang, “memenangkan” Dahlan Iskan di Konvensi tersebut merupakan salah satu strategi untuk mendulang suara dan memulihkan elektabilitas Partai Demokrat yang sekarang sudah sekarat karna banyak kadernya yang terlibat kasus KORUPSI, setelah pemilu legislatif usai maka tidak ada jaminan Dahlan Iskan akan tetap di calonkan menjadi Capres dari Partai Demokrat, dan bisa jadi nantinya Dahlan Iskan akan di geser sedikit menjadi Cawapres dari Capres Ibu Ani Yudoyono, karna bagaimanapun Ibu Ani Yudoyono masih berpeluang untuk di calonkan sebagai Capres dari Partai Demokrat nantinya setelah pemilu legislatif 2014.

Kalau sudah begini jadinya mending Dahlan Iskan kalah di Konvensi Capres Partai Demokrat, karna jika hal ini di biarkan maka hanya akan memberikan kesempatan ke tiga kalinya Partai Demokrat untuk mengulangi kesalahan, dan secara tidak langsung pula karir Dahlan Iskan akan ‘hancur’ dan akan kembali memimpin Jawa Pos.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun