Sahabat Kompasianer,
Hari Raya Idul Fitri tinggal sebentar lagi. Setiap orang tentu punya cara masing-masing untuk menyambutnya. Ada yang sibuk mempersiapkan pakaian yang akan dikenakan di hari raya nanti. Ada yang sibuk mempersiapkan kue yang akan disajikan dan ada juga yang sibuk membersihkan rumah untuk menyambut hari Raya Idul Fitri.
Hari raya Idul Fitri memang identik dengan suci, juga bersih. Sering kita mendengar bahwa hari raya Idul Fitri adalah momentum dimana setiap muslim kembali kepada fitrahnya yang belum bercampur aib setelah sebulan belajar mengendalikan diri dalam madrasah yang disebut bulan Ramadan atau bulan yang penuh pengampunan.
Bagi setiap muslim yang melalui bulan Ramadan dengan taat melaksanakan segala perintahNya dan melakukannya dengan penuh kesungguhan, maka kembali fitrah seumpama bayi yang baru dilahirkan ibunya adalah ganjaran yang diperoleh dari ketaatan dan kesungguhannya tersebut.
Oleh karena itu, tentu tak semua orang dapat memperoleh label orang yang kembali Fitrah di hari raya Idul Fitri nanti. Hanya mereka yang mengisi Ramadan dengan amalan-amalan kebaikan serta taat dan disiplin menjalankan amalan tersebut yang berhak mendapatkan label tersebut.
Sayangnya, menjelang hari raya Idul Fitri. banyak orang yang justru melalaikan hari-hari terakhir bulan Ramadan. Alih-alih semakin meningkatkan ibadah dan amalan kebaikannya, mereka malah sibuk menyambut hari raya Lebaran dengan mengutamakan memenuhi kepentingan keduniawian.
Seringkali masyarakat muslim menyimbolkan frasa 'kembali fitrah' dengan kebiasaan semua harus serba baru di hari Lebaran, seperti harus membeli pakaian baru untuk lebaran. Memang tak ada yang salah dengan berpakaian baru di hari raya. Tetapi jika memenuhi kebutuhan pakaian baru di hari raya lebih menjadi priotitas dibandingkan dengan meningkatkan kualitas ibadah di hari-hari terakhir Ramadan, tentu sikap tersebut sudah menjadi kekeliruan yang nyata.
Di hari-hari terakhir Ramadan, setiap muslim harusnya semakin terpecut semangatnya untuk berupaya membersihkan diri dari dosa-dosa yang pernah dilakukan dengan semakin meningkatkan ibadah dan amalan kebaikannya. Bukan malah sibuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan duniawi yang sebenarnya tak mempengaruhi kualitas seseorang di hadapan Allah SWT di hari raya Idul Fitri kelak.
Apalagi di hari-hari terakhir Ramadan terdapat malam yang sangat istimewa yang selalu menjadi dambaan setiap muslim untuk mendapatkan keberkahannya, yaitu malam Lailatul Qadar. Sayang sekali jika keistimewaan dari malam Lailatul Qadar tak bisa didapatkan hanya karena perhatian teralihkan oleh urusan keduniaan.
Tentu kita tak mau jika di hari raya Idul Fitri kelak, kita tak termasuk ke dalam orang-orang yang berhak mendapatkan predikat kembali Fitrah. Memang tak ada yang tahu siapa yang pantas menyandang predikat tersebut, hanya Allah SWT yang tahu siapa hambanya yang berhak mendapatkannya. Tetapi setidaknya setiap individu pasti bisa mengukur apakah dirinya layak mendapatkan predikat tersebut melalui kualitas ibadah serta amalan yang telah diupayakannya selama bulan Ramadan.